Jakarta, BeritaMu.co.id – Rupiah melanjutkan kinerja impresif melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (18/10) setelah melesat lebih dari 1% sepanjang pekan lalu. Rupiah kini semakin mendekati level Rp 14.000/US$ meski China mengirim kabar buruk pada hari ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,28% ke Rp 14.030/US$. Apresiasi rupiah bertambah menjadi 0,36% ke Rp 14.020/US$ yang merupakan level terkuat sejak 18 Februari lalu.
Setelahnya, penguatan rupiah terpangkas menjadi 0,14% dan berada di Rp 14.050/US$ pada pukul 9:10 WIB.
China mengirim kabar buruk, pertumbuhan ekonominya melambat lebih dalam ketimbang prediksi di kuartal III-2021.
Biro Statistik Nasional China pagi ini melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) tumbuh 4,9% melambat signifikan dari kuartal II-2021 sebesar 7,9%, dan di bawah prediksi analis yang disurvei Reuters sebesar 5,2%.
Hal ini tentunya memicu kecemasan akan pelambatan ekonomi global yang semakin dalam. Tetapi rupiah masih cukup perkasa, yang menjadi indikasi sentimen terhadap Mata Uang Garuda cukup bagus.
Ketika sentimen sedang bagus, aliran modal akan masuk ke Indonesia yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.
Sepanjang pekan lalu, di pasar saham investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 5,15 triliun. Nilai yang cukup besar. Kemudian di pasar obligasi, kemungkinan juga terjadi capital inflow di pasar sekunder. Hal ini terlihat dari penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang turun 8,1 basis poin hari in ke 6,269%.
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Saat harga naik yield akan turun. Saat harga turun berarti terjadi aksi beli.
Sementara itu di pasar primer, penawaran yang masuk dari lelang obligasi yang dilakukan pemerintah sebesar Rp 50,15 triliun. Dari nilai tersebut yang dimenangkan sebesar Rp 8 triliun sesuai dengan target indikatif.
Kabar baik juga datang dari dalam negeri, dalam 2 hari terakhir penambahan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di bawah 1.000 orang. Per hari Minggu (17/10), Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengumumkan hanya ada tambahan 747 kasus baru.
Selain itu, pada Jumat (15/10/2021), Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor periode September 2021 adalah US$ 20,6 miliar. Dalam waktu yang sama, impor tercatat US$ 16,23 miliar. Ini menghasilkan surplus neraca perdagangan U$ 4,37 miliar.
Dengan demikian neraca perdagangan mengalami surplus selama 17 bulan berturut-turut.
“Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia Januari-September 2021 adalah US 25,07 miliar. Pada periode yang sama 2020, surplus hanya US$ 13,35 miliar. Pada 2019 bahkan defisit,” ungkap Margo Yuwono, Kepala BPS, dalam jumpa pers secara virtual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[]
(pap/pap)
Demikian berita mengenai China Kirim Kabar Buruk, Rupiah Pantang Terpuruk!, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211018092804-17-284577/china-kirim-kabar-buruk-rupiah-pantang-terpuruk
Beritamu.co.id – Sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan investor saham syariah serta memberikan apresiasi kepada stakeholders…
Beritamu.co.id - Data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan perdagangan pada…
Beritamu.co.id – Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Harga Tiket Pesawat yang terdiri dari Kementerian Koordinator…
Beritamu.co.id – Gerakan pelestarian lingkungan kini semakin masif digalakkan oleh seluruh sektor industri, tak…
Beritamu.co.id - PT Bukit Teknologi Digital (BTech), anak perusahaan dan lini penelitian dan pengembangan…
Beritamu.co.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sore akhir pekan ini, Jumat…