Jakarta, BeritaMu.co.id – Rupiah kembali melanjutkan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (15/10). Derasnya aliran modal yang masuk ke dalam negeri membuat rupiah perkasa. Meski demikian, dolar AS diprediksi bisa bangkit sewaktu-waktu.
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka, rupiah menguat 0,32% ke Rp 14.070/US$. Apresiasi rupiah makin besar hingga ke Rp 14.050/US$ atau 0,46%, level tersebut menjadi yang terkuat sejak 24 Februari lalu.
Sayangnya, level tersebut juga menjadi yang terkuat pagi ini, rupiah setelahnya mengendur. Di penutupan perdagangan berada di Rp 14.070/US$, menguat 0,32% di pasar spot. Dalam sepekan, rupiah mampu mencatat penguatan lebih dari 1%.
Inflasi di Amerika Serikat kembali menjadi perhatian. Sebab tingginya inflasi saat ini diprediksi bisa berlangsung lama, bukan sementara saja. Oleh karena itu, bank sentral AS (The Fed) bisa jadi akan terpaksa menaikkan suku bunga, agar inflasi tidak lepas kendali.
Dampaknya bisa besar, sebab laju pertumbuhan ekonomi bisa terhambat, apalagi jika pasar tenaga kerja mulai melemah lagi. Yield obligasi AS (Treasury) pun bergerak volatil kemarin. Treasury tenor 10 tahun sempat melesat ke atas 1,6%, tetapi setelahnya malah berbalik turun dan mengakhiri perdagangan di 1,5525%, atau turun 2,9 basis poin dari penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kenaikan yield menjadi artinya pelaku pasar melepas kepemilikan Treasury, sebab ada ekspektasi suku bunga akan dinaikkan, sehingga yield yang rendah menjadi kurang menarik.
Saat yield berbalik turun, artinya kembali ada aksi beli. Hal ini bisa menjadi mengindikasikan pelaku pasar cemas akan outlook perekonomian ke depannya, dan memilih bermain aman di aset safe haven.
Dampak dari penurunan yield Treasury tersebut, dolar AS kemarin jeblok 0,46% di hari Rabu, 0,13% kemarin.
Selain itu, sentimen pelaku pasar juga sedang bagus yang membuat aliran modal deras ke dalam negeri, rupiah menjadi semakin bertenaga.
Di pasar saham, kemarin investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 1,44 triliun. Sementara pada perdagangan hari ini sebesar Rp 659 triliun.
Dari pasar obligasi, kemungkinan juga terjadi capital inflow di pasar sekunder. Hal ini terlihat dari penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang turun 2,5 basis poin hari in ke 6,269% dan sudah turun dalam 3 hari beruntun.
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Saat harga naik yield akan turun. Saat harga turun berarti terjadi aksi beli.
Sementara itu di pasar primer, penawaran yang masuk dari lelang obligasi yang dilakukan pemerintah sebesar Rp 50,15 triliun. Dari nilai tersebut yang dimenangkan sebesar Rp 8 triliun sesuai dengan target indikatif.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pelemahan Dolar AS Hanya Profit Taking
Demikian berita mengenai Duit Triliunan Masuk Indonesia, Rupiah Jadi Trengginas!, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211015144851-17-284236/duit-triliunan-masuk-indonesia-rupiah-jadi-trengginas
Beritamu.co.id – Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keberlanjutan dan…
Beritamu.co.id – Sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan investor saham syariah serta memberikan apresiasi kepada stakeholders…
Beritamu.co.id - Data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan perdagangan pada…
Beritamu.co.id – Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Harga Tiket Pesawat yang terdiri dari Kementerian Koordinator…
Beritamu.co.id – Gerakan pelestarian lingkungan kini semakin masif digalakkan oleh seluruh sektor industri, tak…
Beritamu.co.id - PT Bukit Teknologi Digital (BTech), anak perusahaan dan lini penelitian dan pengembangan…