Jakarta, BeritaMu.co.id – Beberapa hari terakhir pasar modal dihebohkan oleh kabar potensi gagal bayar alias default raksasa properti asal China, Evergrande. Bahkan pada Senin lalu (20/9), kekhawatiran investor menyebabkan indeks harga saham acuan bursa Hong Kong (Hang Seng Index) sempat anjlok hingga 4%.
Potensi gagal bayar Evergrande juga berpotensi dapat menyebar ke pasar di luar China karena memiliki obligasi luar negeri yang besar dan berbunga tinggi.
UBS memperkirakan sekitar US$ 19 miliar atau setara Rp 272 triliun (kurs Rp 14.300/US$) dari kewajiban Evergrande terdiri dari obligasi yang beredar di luar negeri.
Selain itu efek domino ini juga dapat menyeret pasar modal RI juga akibat turunnya kepercayaan publik dan kekhawatiran investor.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, juga mengakui dan mengatakan masalah gagal bayar Evergrande menjadi salah satu yang dipantau oleh BI saat ini.
“Dampak yang terjadi di Tiongkok memang berpengaruh terhadap ketidakpastian pasar keuangan global,” papar Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur BI edisi September 2021, Selasa (21/9/2021).
“Dulu [ketidakpastian] tinggi, terus mereda, dan dalam jangka pendek terpengaruh yang terjadi di Tiongkok, kegagalan bayar korporasi tadi. Dengan perkembangan-perkembangan ekonomi yang membaik di Indonesia. Perkembangan pasar modal di Indonesia akan mencerminkan kondisi fundamental dibandingkan teknikal,” jelas Perry.
Lalu bagaimana kondisi keuangan dari emiten dalam negeri, khususnya terkait utang dan likuiditas perusahaan?
Sektor mana yang memiliki jumlah utang besar atau memiliki likuiditas terbatas?
Berikut Tim Riset BeritaMu.co.id coba membandingkan tingkat likuiditas yang dihitung dari rasio utang terhadap ekuitas emiten di beberapa sektor yang butuh dana belanja modal besar, di antaranya seperti konstruksi, pertambangan dan telekomunikasi.
Emiten yang dimaksud adalah PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT PP Tbk (PTPP), PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), empat emiten karya BUMN dari sektor konstruksi.
Selanjutnya dari sektor pertambangan ada PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Adaro Energi Tbk (ADRO), PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Sedangkan dari sektor telekomunikasi terdapat tiga emiten operator seluler dan dua emiten pengelola menara. Kelima emiten tersebut adalah PT Telkom Indonesia (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
Sedangkan satu emiten lain yang juga menarik untuk dilihat adalah PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) yang bergerak di industri dasar dan kimia dan merupakan produsen baja utama di Indonesia.
Sebagai catatan, ini hanya merupakan gambaran kasar mengenai kemampuan emiten dari beberapa sektor pada modal untuk membayar utang perusahaan.
Analisis mendalam mengenai utang perusahaan tentu akan membutuhkan lebih banyak variabel dan ‘alat bedah’ tambahan yang perlu diterapkan.
NEXT: Simak Emiten dengan DER Tinggi
Demikian berita mengenai Utang Evergrande Bikin Horor, Utang Emiten RI Ini juga Jumbo!, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210922121429-17-278234/utang-evergrande-bikin-horor-utang-emiten-ri-ini-juga-jumbo
Beritamu.co.id - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) merilis Pengumuman perihal Sanksi terhadap Perusahaan Tercatat…
Beritamu.co.id - Harga minyak dunia naik pada Kamis (14/11/2024) dipicu penurunan persediaan bahan bakar…
Beritamu.co.id - Pemerintah komitmen dalam mendukung keberlanjutan sektor persusuan Indonesia, yakni dengan mewajibkan industri…
Beritamu.co.id - Riset harian MNC Sekuritas menyebutkan, diperdagangan kemarin (14/11), secara teknikal, IHSG kembali…
Beritamu.co.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkap bahwa pihaknya, melalui Direktorat Jenderal…
Beritamu.co.id - Kementerian Perindustrian terus mendorong industri kecil dan menengah (IKM) untuk bisa lebih…