Categories: Bisnis

BI Pede Hadapi Tapering, Rupiah Perkasa di Spot & Jisdor

Jakarta, BeritaMu.co.id – Kasus Evergrande Group, raksasa properti asal China yang nyaris gagal bayar (default) membuat sentimen pelaku pasar memburuk.

Meski demikian, dalam kondisi pasar yang kurang bagus tersebut rupiah mampu menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot dan kurs tengah Bank Indonesia (BI). BI yang hari ini mengumumkan kebijakan moneter menjadi salah satu yang membantu rupiah menguat.

Di kurs tengah BI atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menguat tipis 0,05% di Rp 14.244/US$. Sementara di pasar spot, juga menguat tipis 0,04% ke Rp 14.235/US$.

Jika dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya, penguatan tipis rupiah cukup bagus, sebab beberapa mata uang mengalami pelemahan hari ini.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:07 WIB.

Evergrande Group Perusahaan ini disebut memiliki kewajiban mencapai US$ 305 miliar atau setara dengan Rp 4.361 triliun (kurs Rp 14.300/US$). Jika tidak ada solusi, maka bisa menjadi risiko sistemik di sektor keuangan China.

Hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk, aksi jual pun melanda bursa saham global, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah 0,25%, bahkan sempat ambrol lebih dari 1% di awal sesi. IHSG menyusul jebloknya bursa saham AS (Wall Street) awal pekan kemarin, dan mengikuti beberapa bursa Asia.

Kemudian dari dalam negeri BI mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 3,5%, sesuai dengan konsensus yang dihimpun BeritaMu.co.id.

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 September 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%,” kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers usai RDG, Selasa (12/9/2021).

BI 7 Day Reverse Repo Rate tidak berubah sejak Februari 2021. Artinya, suku bunga acuan sudah bertahan selama tujuh bulan beruntun.

Selain itu Gubernur Perry meyakini bahwa pengurangan injeksi likuiditas atau tapering off oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) tidak akan terlalu berdampak signifikan terhadap pasar keuangan. Dampaknya tentu ada, tetapi tidak sebesar taper tantrum 2013-2015.

“Insya Allah dengan berbagai asesmen, kondisi ekonomi, dan pengalaman yang kami lakukan, dampak tapering The Fed bisa diantisipasi secara baik dan lebih rendah dibandingkan taper tantrum pada 2013,” tegas Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI periode September 2021, Selasa (21/9/2021).

Related Post

Menurut Perry, ada tiga alasan. Satu, The Federal Reserve/The Fed melakukan komunikasi yang baik kepada investor, media massa, dan masyarakat.

Dengan komunikasi yang baik, lanjut Perry, pasar pun tidak ‘meledak-ledak’.

Dua, BI menjalin kerja sama dengan pemerintah untuk melakukan stabilisasi di pasar. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI tetap menjalankan intervensi di tiga pasar (triple intervention) yaitu di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN).

Tiga, tambah Perry, ketahanan ekonomi domestik sudah jauh lebih baik. Defisit transaksi berjalan (current account deficit) relatif sehat di 0,6-1,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan 2018 yang di atas 3% PDB. Kemudian cadangan devisa mencapai lebih dari US$ 144 miliar.

“Insya Allah dengan memantau secara tepat, kita lebih tahan dan mampu mengantisipasi kebijakan moneter dari The Fed,” ujar Perry.

The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Tidak hanya masalah tapering, bank sentral pimpinan Jerome Powell ini juga akan memberikan proyeksi terbaru suku bunga atau yang disebut dot plot.

Sebelumnya, dot plot The Fed mengindikasikan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023 dan sebanyak dua kali. Perubahan, dari proyeksi tersebut juga akan memberikan dampak ke pergerakan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[]

(pap/pap)

Demikian berita mengenai BI Pede Hadapi Tapering, Rupiah Perkasa di Spot & Jisdor, ikuti terus update berita dari kami

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210921153350-17-278005/bi-pede-hadapi-tapering-rupiah-perkasa-di-spot-jisdor

David Jones

penikmat sepak bola :D

Recent Posts

Abu Vulkanik Gunung Lewotobi Masih Menyebar, Tiga Bandara Ini Belum Beroperasi

Beritamu.co.id – Hingga Jumat (15/11/2024) sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung…

6 hours ago

Mendag: Singapura Tawarkan Pembahasan Kerja Sama Digital dan Fasilitasi Perdagangan bagi UMKM

Beritamu.co.id – Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keberlanjutan dan…

7 hours ago

Apresiasi Stakeholders Pasar Modal Syariah Indonesia, BEI Selenggarakan Jogja Sharia Investor City 2024

Beritamu.co.id – Sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan investor saham syariah serta memberikan apresiasi kepada stakeholders…

7 hours ago

Sepekan Perdagangan, Kapitalisasi Pasar di BEI Tercatat Sebesar 12.063 Triliun, Turun 1,46% Dibanding Pekan Sebelumnya

Beritamu.co.id - Data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan perdagangan pada…

8 hours ago

Harga Tiket Pesawat Kapan Turun? Kemenhub: Segera Diumumkan jika Rekomendasinya Keluar

Beritamu.co.id – Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Harga Tiket Pesawat yang terdiri dari Kementerian Koordinator…

8 hours ago

Dukung Keberlanjutan, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia Gandeng Bumi Baik untuk Tanam Pohon Trembesi di Waduk Brigif, Jagakarsa

Beritamu.co.id – Gerakan pelestarian lingkungan kini semakin masif digalakkan oleh seluruh sektor industri, tak…

9 hours ago