Categories: Bisnis

Waspada! Target Inflasi 3 Persen di 2022 Dibayangi Risiko Ini

Beritamu.co.id, JAKARTA — Pemerintah dinilai perlu mewaspadai kenaikan inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya harga bahan baku, dalam upaya mendorong inflasi ke kisaran 3 persen.

Hal tersebut disampaikan oleh peneliti center of macroeconomics and finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Agus Herta Sumarto dalam bincang-bincang bertajuk Bank Indonesia Perlu Mendorong Inflasi? yang diselenggarakan melalui akun Instagram resmi Indef pada Minggu (19/9/2021) malam.

Agus menjelaskan bahwa inflasi Indonesia berada di tingkat yang rendah, yakni pada Desember berada di angka 1,68 persen. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa per Agustus 2021 inflasi berada di 1,59 persen, angka terendah terjadi pada Juni 2021 yakni 1,33 persen.

Menurutnya, upaya pemerintah untuk mendorong inflasi ke angka 3 persen pada 2022 merupakan langkah tepat. Dia menilai bahwa pertumbuhan ekonomi beriringan dengan tingkat inflasi, sehingga pertumbuhan yang tinggi harus disertai inflasi yang sesuai.

Meskipun begitu, Agus mewanti-wanti agar pertumbuhan inflasi harus berasal dari naiknya permintaan. Pemerintah harus menghindari kenaikan inflasi dari tekanan produksi atau distribusi, yakni cost-push inflation.

“Cost-push inflation disebabkan naiknya harga/biaya bahan baku, bukan karena naiknya permintaan. Biaya tenaga kerja naik juga bisa. Harga naik, tapi di sisi lain tingkat pendapatan gak naik, berarti ada penurunan daya beli,” ujar Agus pada Minggu (19/9/2021) malam.

Dia menjelaskan bahwa jika angka inflasi 3 persen pada 2022 tercapai tapi merupakan cost-push inflation, Indonesia justru akan menghadapi masalah baru. Pertumbuhan ekonomi pun dikhawatirkan tidak terjadi, atau tercapai dengan kondisi tidak sehat.

Related Post

Menurut Agus, untuk mencegah hal itu BI harus mampu berkolaborasi dengan pemerintah, khususnya kementerian-kementerian terkait. Upaya menjaga inflasi dari sisi moneter dinilai tidak akan cukup jika cost-push inflation terjadi.

Indef menyoroti masih tingginya ego sektoral kementerian-kementerian di Indonesia, sehingga perlu upaya ekstra untuk memastikan inflasi dan pertumbuhan ekonomi terjadi dengan sehat. Agus menilai bahwa BI dan pemerintah harus memiliki komitmen yang sama untuk menjaga perekonomian dengan baik.

“Kebijakan moneter kalau tidak dikonversi menjadi aktivitas ekonomi, itu akan jadi inflasi lagi, jadi penyakit. Makanya harus disertai dengan aktivitas ekonominya, seperti menciptakan pabrik baru, agar terjadi demand pull inflation. Cuma itu, bisa gak berkolaborasi menciptakan harmonisasi yang baik?”

.
. :

.
Beritamu.co.id . Follow sosial media kami
.

sumber : https://ekonomi.bisnis.com/read/20210920/9/1444418/waspada-target-inflasi-3-persen-di-2022-dibayangi-risiko-ini

alfian nadlor

Blogger yang suka mendesain

Recent Posts

ANALIS MARKET (26/11/2024) : IHSG Masih Berpotensi Koreksi

Beritamu.co.id - Riset harian MNC Sekuritas menyebutkan, diperdagangan kemarin (25/11), secara teknikal, IHSG kembali…

24 mins ago

Danantara Belum Juga Diluncurkan, Rosan Ungkap Alasannya

Beritamu.co.id - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan P. Roeslani,…

5 hours ago

Jelang Peak Season Nataru, KAI Daop 1 Jakarta Jual 159.411 Tiket Kereta

Beritamu.co.id - Manager Humas KAI Daop 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko menginformasikan tiket kereta api…

6 hours ago

Jap Astrid Patricia Tambah Porsi Kepemilikan Sahamnya di PPGL

Beritamu.co.id - Jap Astrid Patricia selaku Komisaris PT Prima Globalindo Logistik Tbk (IDX: PPGL)…

8 hours ago

Dorong Pengembangan Usaha Mikro, OJK Luncurkan Roadmap Lembaga Keuangan Mikro 2024-2028

Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi meluncurkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Lembaga Keuangan…

9 hours ago

Hadir di Kawasan Elit Citraland Surabaya, BRI Finance Tawarkan Promo Menarik & Test Drive Kendaraan di KPR BRI Properti Expo 2024

Beritamu.co.id - PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) kembali hadir dalam KPR BRI Property…

9 hours ago