Jakarta, BeritaMu.co.id – Rupiah terlihat bakal mencatat pelemahan melawan dolar Amerika Serikat pada perdagangan Jumat (17/9), sebab langsung masuk ke zona merah di awal sesi. Apalagi, dolar AS sedang mengamuk pasca rilis data penjualan ritel. Tetapi yang terjadi sebaliknya, rupiah sukses menguat bahkan sempat menembus ke bawah Rp 14.200/US$.
Melansir data refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.250/US$. Rupiah perlahan masuk ke zona merah, melemah hingga 0,11% ke Rp 14.265/US$.
Namun, sebelum tengah hari rupiah sukses memukul balik dolar AS. Setelahnya rupiah terus ngegas hingga penguatan tercatat sebesar 0,46% di Rp 14.185/US$. Level tersebut sekaligus menjadi yang terkuat pada hari ini.
Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.225/US$, menguat 0,18%.
Penguatan rupiah saat ini menunjukkan 2 hal, yang pertama pelaku pasar masih menanti kepastian tapering oleh bank sentral AS (The Fed). Yang kedua, kesiapan rupiah menghadapi pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) tersebut.
Fundamental rupiah saat ini berbeda dengan 2013 ketika merosot tajam saat The Fed mengumumkan tapering. Bank Indonesia (BI) memiliki cadangan devisa yang cukup untuk melakukan stabilisasi, yaitu US$ 144,8 miliar di akhir Agustus yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.
Selain itu, kepemilikan asing di pasar obligasi pada 2013 lalu porsi asing mencapai 40%, sehingga ketika ada pergerakan keluar masuk mempengaruhi nilai tukar hingga suku bunga acuan. Sementara sekarang porsi asing hanya sekitar 23%.
Fitch Solutions dalam laporan terbarunya bahkan memprediksi Mata Uang Garuda akan berada di Rp 14.000/US$ di akhir tahun ini.
Proyeksi terbaru Fitch Solution tersebut lebih kuat ketimbang bulan sebelumya di Rp 14.300/US$. Yang menarik, meski saat nilai tukar rupiah diproyeksikan menguat, pertumbuhan ekonomi Indonesia justru dipangkas, begitu juga dengan Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga.
Dalam laporan bulanan edisi Agustus dengan judul Delta Variant a Severe Threat to Asia’s Growth Recovery, Fitch Solution memprediksi produk domestik bruto (PDB) Indonesia di tahun ini akan tumbuh 4,38%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 4,5%. Salah satu penyebab pemangkasan tersebut adalah penyebaran virus corona sejak Juli lalu, yang membuat pemerintah mengetatkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Sementara itu, BI yang sudah menahan suku bunga acuan 3,5% dalam 6 bulan beruntun diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,25%.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pasar Tunggu Detail Tapering pada Rapat The Fed Pekan Depan
Demikian berita mengenai Sentuh Rp 14.185/US$, Rupiah Sukses Pukul Balik Dolar AS, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210917151738-17-277171/sentuh-rp-14185-us–rupiah-sukses-pukul-balik-dolar-as
Beritamu.co.id - PT Pupuk Indonesia (Persero) memastikan kemudahan akses untuk petani dalam memperoleh pupuk…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Laporan Surveillance Perbankan Indonesia (LSPI) Triwulan II-2024…
Beritamu.co.id - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak akan tinggal…
Beritamu.co.id - Kebijakan pemerintah yang akan menaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12…
Beritamu.co.id - Menteri Koordinator bidang Infrastruktur Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY mengatakan…
Beritamu.co.id - Broker yang menjadi bagian dari Doo Group, Doo Financial, berekspansi ke Indonesia…