Jakarta, BeritaMu.co.id – Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) tertekan pada Kamis (9/9/2021), setelah kemarin berbalik menguat menguji kemampuan mematahkan tren koreksi September.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 14 poin dari nilai wajarnya. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq juga melemah, masing-masing sebesar 0,1% dan 0,2%. Saham Moderna menjadi pengerem koreksi, dengan menguat di pra-pembukaan menyusul rilis data yang menunjukkan vaksinasi sangat krusial menjegal virus Covid-19.
Pasar akan memantau rilis data penjualan ritel per Agustus yang menurut estimasi ekonom dalam konsensus Dow Jones akan berujung pada pelemahan sebesar 0,8% secara bulanan.
Investor juga akan memonitor data klaim tunjangan pengangguran AS, di mana ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan akan ada 320.000 warga Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran di pekan yang berakhir pada 11 September. Angka itu naik tipis dari pekan sebelumnya yang mencatatkan angka 310.000.
Investor beberapa hari ini cenderung reaktif terhadap data inflasi AS yang melemah, yang menekan ekspektasi akan dilakukannya tapering (pengurangan pembelian aset di pasar) dalam waktu dekat. Demikian juga dengan rata penjualan ritel China yang akan dirilis dan diestimasikan berujung pada indikasi pelemahan ekonomi.
Pada Rabu, indeks S&P 500 menguat 0,9% di tengah lonjakan indeks saham sektor energi sebesar 3,8%, menjadi kenaikan harian terbesar sejak 27 Agustus. Indeks Dow Jones menguat lebih dari 200 poin, sedangkan Nasdaq tumbuh 0,8%.
Sepanjang tahun berjalan, indeks S&P 500 masih terhitung cuan dengan reli nyaris sebesar 20%. Sepanjang bulan, S&P 500 dan Dow Jones masih di zona merah. Indeks berisi 30 saham unggulan itu turun 1,6% sedangkan S&P 500 melemah 0,9% atau kian dekat mencetak kinerja bulanan terburuk sejak Januari. Nasdaq tertekan 0,6% sepanjang bulan ini.
Kinerja tersebut kian mengonfirmasi bahwa September merupakan bulan penuh koreksi. Data CFRA menyebutkan indeks S&P 500 melemah rata-rata sebesar 0,56% setiap September sejak tahun 1945.
“Tembok kecemasan itu kian tinggi, dengan bertambahnya kedalaman dan ketebalan kekhawatiran yang ada dan pasar yang kemungkinan capek dengan reli,” tutur Mark Hackett, Kepala Riset Investasi Nationwide, seperti dikutip CNBC International.
Faktor penekannya, lanjut dia, belum akan berubah yakni virus varian Delta, berbaliknya angin cuan karena tekanan di rantai pasokan dan pasar tenaga kerja, serta perubahan kebijakan moneter serta fiskal, termasuk kekhawatiran seputar China.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(ags/ags)
Demikian berita mengenai Kemarin Rebound, Hari Ini Kontrak Futures Wall Street Melemah, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210916191613-17-276936/kemarin-rebound-hari-ini-kontrak-futures-wall-street-melemah
Beritamu.co.id - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan P. Roeslani,…
Beritamu.co.id - Manager Humas KAI Daop 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko menginformasikan tiket kereta api…
Beritamu.co.id - Jap Astrid Patricia selaku Komisaris PT Prima Globalindo Logistik Tbk (IDX: PPGL)…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi meluncurkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Lembaga Keuangan…
Beritamu.co.id - PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) kembali hadir dalam KPR BRI Property…
Beritamu.co.id - PT Delta Dunia Makmur Tbk (Delta Dunia Group) (IDX: DOID), melalui anak…