Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Selasa, 14/09/2021 kemarin, IHSG ditutup melemah 18 poin atau -0.31% menjadi 6.110. Sektor industrials, industri dasar, keuangan, property, konsumer non siklikal, konsumer siklikal bergerak negatif dan mendominasi penurunan IHSG kali ini. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp94 miliar.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada level 6.099 – 6.169. Namun hati hati, potensi koreksi masih sangat mungkin terjadi,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (16/9/2021).
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.SEBUAH CERITA DARI AFRICA
Yap! Setelah sebelumnya kita jalan jalan di Amerika, China, Eropa, Inggris, Japan dan wilayah Asia lainnya, akhirnya kami memutuskan untuk hijrah pemirsa. Kali ini Pilarmas akan berkunjung ke Africa. Selagi marketnya galau karena bingung harus kemana, mungkin sudah saatnya kita menambah wawasan kita tentang Africa, bukan untuk bersafari lho ya. Ternyata, pelbagai Bank Sentral Africa di 8 Negara utama di kawasan Africa tidak akan mengubah tingkat suku bunganya sebagai bentuk dukungan terhadap pemulihan ekonomi agar tetap dapat bertahan ditengah goncangan akibat kehadiran Covid 19. Sejauh ini masih banyak Negara di Africa Selatan yang masih harus bertahan untuk menghadapi Covid 19 gelombang ke 3 yang dimana ternyata pemirsa, Africa merupakan negara yang paling sedikit dalam hal vaksinasi karena hanya 3.2% dari 1.2 miliar masyarakat yang di imunisasi secara penuh. Hal inilah yang menjadikan Africa menjadi negara yang cukup rentan dalam menghadapi gelombang Covid 19. Memang benar bahwa tahun 2021 menjadi sebuah tahun kebangkitan, dimana kami memperkirakan perekonomian Africa akan menjadi lebih baik dibandingkan tahun 2020 lalu. Namun penetrasi vaksin yang lamban membuat pemulihan menjadi terhambat bahkan seperti berjalan di tempat. Hal ini yang membuat prospek pemulihan di Africa menjadi kian tidak pasti. Meskipun tingkat suku bunga di pelbagai belahan dunia mengalami penurunan, namun hal ini tidak berarti bagi Africa yang dimana mereka tetap menjaga tingkat suku bunganya agar tetap menarik bagi investor dari luar negeri. Kita awali perjalanan kita dari Mesir, yang dimana Mesir tetap mempertahankan tingkat suku bunganya untuk tidak berubah pada tahun ini, dan hampir dipastikan tidak akan mengalami perubahan hingga akhir 2021 tahun ini untuk menjaga dampak dari potensi Taper Tantrum bagi negara Emerging Market. Tahun lalu, Bank Sentral Mesir memangkas tingkat suku bunga hampir 400 bps untuk menjaga jarak antara tingkat suku bunga dengan inflasi. Sejauh ini obligasi dari Mesir merupakan salah satu yang favorit di berbagai negara Emerging Market. Lanjut ke Nigeria, dimana para pembuat kebijakan di Nigeria pun tampaknya tidak akan mengubah tingkat suku bunganya, karena mereka khawatir akan merusak momentum pemulihan ekonomi. Perekonomian di Nigeria sendiri masih berusaha untuk bisa lepas dari kontraksi ekonomi yang terbesar dalam kurun 3 dekade terakhir. Dan saat ini inflasi berada 2x lipat dari batas atas target inflasi, yang dimana inflasi Nigeria diperkirakan melambat untuk bulan August. Dari Nigeria, kita jalan jalan ke Africa Selatan dimana mereka juga sedang berjibaku untuk menjaga momentum pemulihan yang dimana sebelumnya terlihat terkontraksi pada Q2. Sejauh ini belum ada proyeksi yang tetap terkait dengan tingkat pertumbuhan yang dimana membuat Bank Sentral nyaman untuk menaikkan tingkat suku bunga. Bank Sentral Africa Selatan akan terus memberikan dukungan dengan mempertahankan kebijakan yang akomodatif untuk memberikan ruang kepada pemulihan ekonomi untuk bisa konsisten. Yang menarik ternyata datang dari Angola yang dimana Bank Sentral Angola pada akhirnya menaikkan tingkat suku bunga mereka ke rekor tertinggi pada bulan July kemarin sebagai bagian untuk mengendalikan inflasi yang merajalela. Pemerintah dan Bank Sentral terus berupaya untuk melawan inflasi yang bergerak liar, pengetatan kebijakan pun mendapatkan dukungan dari IMF untuk dapat menaikkan tingkat suku bunga mereka. Sama seperti Negara lainnya, Kenya pun masih mempertahankan tingkat suku bunga untuk tidak berubah dalam pertemuan Bank Sentral selama 10x berturut turut. Sejauh ini pandemic masih memberikan tekanan terhadap perekonomian Kenya, yang dimana pada akhirnya sejak 29 tahun terakhirk perekonomian mereka mengalami kontraksi. Sejauh ini sector kredit mengalami pertumbuhan menjadi 7.7%, meskipun masih dibawah proyeksi Bank Sentral yang berada di 8.5%. Inflasi yang mengalami kenaikkan tertinggi dalam kurun 18 bulan terakhir, memberikan ruang yang cukup untuk mendorong pertumbuhan mengalami kenaikkan. Pada akhirnya, ternyata inflasi yang tinggi itu tidak hanya berada di Amerika, Eropa, atau China pemirsa, di Africa sendiri inflasi sudah sejak lama menjadi salah satu hal yang tidak bisa dikendalikan apabila dibiarkan. Hal ini yang kami lihat bahwa situasi dan kondisi di Africa jauh berbeda dengan situasi dan kondisi yang biasa kita alami. Momentum pertumbuhan ekonomi masih jauh dari kata konsisten, meskipun pemberitaaan terkait dengan Africa jarang sekali terdengar terkait dengan vaksinasi ataupun rumah sakit. Tentu ditengah situasi dan kondisi saat ini, negara negera maju memiliki komitmen untuk tidak meninggalkan siapapun di belakang seorang diri, seperti film perang pemirsa, no one left behind!
2.BIASA ATAU LUAR BIASA?
Rilis data neraca perdagangan yang mencatatkan surplus sebesar USD 4.74 miliar berada di atas consensus yang memproyeksikan surplus neraca dagang berada pada USD 2.3 miliar. Surplus tersebut didorong oleh kenaikan ekspor sebesar 64.1% YoY dari periode sebelumnya yaitu pada periode Juli yang hanya mencatatkan kenaikan sebesar 29.32% YoY. Kenaikan kontribusi dari ekpsor didorong oleh naiknya kinerja minyak dan gas yang tercatat naik USD 1.07 miliar atau naik 7,48% MoM. Sementara ekspor non migas tercatat naik 21.75% MoM menjadi USD 20,36 miliar. Naiknya harga komoditas non migas seperti batubara, minyak kelapa sawit, minyak kernel, timah dan sejumlah komoditas lainnya menjadi pendorong utama kenaikan tersebut. Di sisi lain, komoditas yang mengalami penurunan harga adalah tembaga dan emas yang masing-masinya turun sebesar 0,85% dan 1,25% . Secara kumulatif, dari data BPS, nilai ekspor Indonesia Januari–Agustus 2021 mencapai US$142,01 miliar atau naik 37,77 persen dibanding periode yang sama tahun 2020. Ekspor nonmigas Agustus 2021 terbesar adalah ke China yaitu US$4,78 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,25 miliar dan India US$1,72 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,98%.Pada lain sisi, BPS melaporkan adanya kenaikan dari impor sebesar 55.26% YoY, lebih tinggi dari periode Juli yang tercatat sebesar 44.44%. Kenaikan tersebut juga lebih tinggi dari consensus yang memperkirakan ada kenaikan sebesar 45.1% YoY. Jika mengacu pada kinerja secara YTD. Kenaikan impor terus naik seiring dengan naiknya aktivitas dari perekonomian dalam negeri di sepanjang 2021. peningkatan secara bulanan maupun tahunan ini didorong oleh peningkatan impor baik minyak dan gas (migas) maupun non migas. Impor migas tercatat US$ 2,06 miliar. Bila dibandingkan dengan impor migas pada bulan Juli 2021 yang tercatat US$ 1,78 miliar, ini meningkat 14,74% MoM. Kemudian, bila dibandingkan dengan impor migas Agustus 2020 yang sebesar US$ 950 juta, jumlah itu melesat 115,75% YoY. Sementara itu, impor non migas tercatat US$ 14,63 miliar. Bila dibandingkan dengan impor non migas pada Juli 2021 yang sebesar US$ 13,33 miliar, ini naik 9,76% MoM. Pun bila dibandingkan US$ 9,79 miliar pada Agustus 2020, ini naik 49,39% YoY. Naiknya impor dan juga ekspor sepanjang bulan Agustus memberikan signal positif bagi neraca perdagangan yang juga mencerminkan pemulihan ekonomi dari dalam negeri. Hal tersebut tentu cukup penting untuk diperhatikan dimana pelaku pasar akan mengacu pada progress pemulihan yang dapat mendorong naiknya kepercayaan diri pelaku bisnis maupun konsumen menjelang akhir tahun 2021.
https://pasardana.id/news/2021/9/16/analis-market-1692021-ihsg-memiliki-peluang-bergerak-menguat-terbatas/
Beritamu.co.id - Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, diperdagangan kemarin (25/11), IHSG ditutup menguat +1,65%…
Beritamu.co.id - Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, tiga indeks utama Wall Street berakhir…
Beritamu.co.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN)…
Beritamu.co.id - Riset harian FAC Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan kemarin (25/11), IHSG ditutup menguat…
Beritamu.co.id - Wall Street menguat pada Senin (25/11/2024) dipicu penunjukan Scott Bessent sebagai Menteri…
Beritamu.co.id - Bursa Efek Indonesia (BEI) merilis Pengumuman BEI sehubungan Jadwal Penghapusan (Delisting) Efek…