Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi tampaknya sedang galau akibat ketidakpastian pemulihan ekonomi yang terjadi di pasar di tambah lagi dengan musim Taper Tantrum yang akan dimulai.
Secara sentiment, seharusnya pasar obligasi masih akan mampu bertahan, namun secara teknikal, tampaknya pelaku pasar dan investor harus menerima kalau pada kenyataannya imbal hasil obligasi berpotensi mengalami kenaikkan sebagai bagian dari kenaikkan imbal hasil US Treasury.
Pekan ini juga merupakan sesuatu yang sangat penting, karena pelaku pasar dan investor tertuju terhadap data perekonomian dari Amerika, Eropa, ditambah lagi dengan data retail sales dari China yang akan memperlihatkan kepada kita sejauh mana data penjualan riel di China mengalami penurunan.
Sedikit banyak, naik dan turunnya perekonomian kita juga bergantung terhadap perekonomian China sebagai mitra dagang kita, meskipun perekonomian Amerika masih bisa menopang permintaan dari luar.
Data yang akan menjadi pusat perhatian adalah data dari dalam negeri terkait dengan exports dan imports yang diproyeksikan masih akan memberikan surplus kepada neraca dagang kita, yang tentu aja hal ini akan memberikan sentiment positive bagi pelaku pasar dan investor saat ini untuk mendorong keyakinan akan pemulihan ekonomi, meskipun permintaan masih di topang, lagi lagi dari luar.
“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas, karena kehadiran lelang esok hari yang akan membuat suasana menjadi gegap gempita. Kami merekomendasikan jual,” beber analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (13/9/2021).
Adapun cerita di awal pekan ini akan kita awali dari;
1.AMERIKA DAN CHINA, KISAH LAMA
Ditengah pembicaraan antara Amerika dan China, Joe Biden mendesak Xi Jinping untuk dapat bekerja sama dalam permasalahan kunci diantara keduanya, meskipun keduanya memiliki beberapa hal yang lain untuk dapat diperdebatkan. Pemerintah Amerika mulai kehilangan kesabarannya ketika melihat bahwa China tampaknya kurang serius dalam menanggapi keterlibatan China dengan para pejabat di Amerika. Amerika dan China melakukan diskusi selama 90 menit kemarin, sejak diskusi pertama mereka pada bulan February silam. Namun tampaknya, situasi dan kondisi diantara keduanya semakin menjadi jadi karena tidak ada titik temu. Bahkan pembicaraan sejak dulu masih tetap tidak membuahkan hasil. Kedua pemimpin berdiskusi terkait dengan bidang strategis yang lebih luas dimana ada kepentingan keduanya disana dan diskusi tersebut juga mencakup perbedaan diantara keduanya termasuk dalam perbedaan kepentingan, nilai dan perspektif. Pemerintah Amerika mengatakan bahwa mereka sepakat untuk terlibat lebih dalam secara terbuka dan lugas, apalagi keduanya sepakat bahwa persaingan keduanya tidak akan mengarah kepada konflik. Amerika sendiri telah berusaha untuk memisahkan isu isu seperti perubahan iklim dari yang lebih sensitive seperti perdagangan, hak asasi manusia, dan issue terkait dengan negara negara lain seperti Hong Kong ataupun Taiwan. Namun China tidak mau seperti itu, bagi China diskusi itu harus membahas semua hal sehingga baik kepentingan bersama maupun masing masing harus tetap meliputi perspektif, dan nilai sebagai salah satu kesatuan pembahasan. Xi mengatakan kepada Biden bahwa kebijakan China yang diadopsi oleh Amerika untuk beberapa waktu yang lalu, telah menyebabkan dampak yang serius terhadap hubungan kedua negara. Xi juga menjawab bahwa China siap untuk bekerja sama dalam berbagai masalah, mulai dari perekonomian global hingga perubahan iklim, namun hal itu hanya akan dilakukan apabila keduanya memiliki asas menghormati masing masing negara. Xi menekankan bahwa kedua negara perlu membawa hubungan ini kembali kepada jalur yang benar. Dan sebuah hubungan yang baik, bukanlah suatu pilihan, namun merupakan sesuatu kewajiban. China mengatakan bahwa kedua belah pihak sepakat komunikasi regular diantara kepala negara penting untuk meningkatkan hubungan, meskipun pejabat Amerika tidak memiliki komitmen terkait dengan pertukaran informasi di masa depan. Juru bicara kementrian Luar Negeri China, Zhao Lijian mengatakan bahwa Presiden Xi menegaskan bahwa kedua negara harus berusaha untuk memberikan suntikan positive terhadap hubungan keduanya, dan menghormati kepentingan negara masing masing serta dapat mengelola setiap perbedaan dengan bijak. Hal inilah yang kami lihat terkadang Amerika juga terlalu ikut campur dalam urusan luar negeri dari China. Mulai dari Hong Kong, Taiwan, yang dimana membuat China menjadi geram. Sejauh ini pun kami tidak lagi mendengar kabar lebih lanjut terkait dengan Kesepakatan Perdagangan Tahap 1 yang dibuat pada era Trump, apakah kesepakatan tersebut masih berlaku atau tidak dan bagaimana perkembangannya. Sejauh mata memandang, Biden memiliki sebuah tujuan dimana dirinya melihat bahwa kepribadian Xi dapat kembali mengatur hubungan antara Amerika dan China kembali ke jalur yang benar, sehingga kedua belah pihak dapat bekerja sama. Biden sendiri turut menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Amerika, terkadang mungkin disalah artikan oleh China yang menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh Amerika hanya sekedar untuk melemahkan China. Sejauh ini Pemerintah Amerika masih meninjau kebijakan dengan China secara keseluruhan, termasuk di dalamnya melanjutkan tarif senilai $300 miliar yang diberikan kepada impor dari China serta kesepakatan dagang sebelumnya. Dan katanya nih pemirsa, seperti yang tadi kita bahas, akhirnya Pemerintah Amerika akan mengumumkan seberapa jauh situasi dan kondisi kesepakatan perdagangan yang pernah dibuat dulu. Sejauh ini USTR juga telah meminta konsultan dari luar untuk membantu mengukur seberapa jauh dampak yang ditimbulkan akibat subsidi dari China terhadap masalah perdagangan di Amerika. Hal ini membuat Katherine Tai bertemu dengan Gina Raimondo, Sekretaris Perdagangan untuk membahas hal tersebut. Pejabat Amerika masih mengkritik hubungan antara China tentang masalah trans nasional dan bilateral yang dimana keduanya saling tidak terbuka untuk tidak melakukan tindakan apapun tanpa adanya imbalan. Menteri Luar Negeri China Wang Yi sempat mengatakan bahwa kerja sama antara Amerika dengan China tidak dapat dipisahkan begitu saja dari hubungan dalam konteks umum. Amerika harus kembali bertemu dengan China di tengah jalan dan mengambil tindakan yang positif untuk membuat hubungan ini kembali kepada jalurnya. Sejak bulan February silam, Biden dan Xi selalu bentrok terhadap masalah Hak Asasi Manusia, Cyber Security, penyelidikkan asal usul virus Covid 19 dimana China menolak bekerjasama. Meskipun sebetulnya aneh juga kalaupun memang China merasa itu tidak salah, kenapa harus takut, meskipun kami menyadari bahwa China khawatir bahwa laporan dapat di manipulasi untuk melemahkan China. Pertemuan diantara Biden dan Xi diharapkan dapat terjadi pada akhir October mendatang pada pertemuan G20 di Rome. Sejauh ini Presiden Xi sendiri belum mengkonfirmasi apakah akan hadir atau tidak dalam acara tersebut. Meskipun seharusnya Xi dapat hadir disana untuk memperbaiki berbagai macam hal dengan negara lainnya. Oleh sebab itu dimasa pemulihan ini, alangkah baiknya apabila kedua perekonomian terbesar di dunia ini dapat bekerja sama dan semoga itu bukan mimpi di masa yang akan datang.
https://pasardana.id/news/2021/9/13/analis-market-1392021-pasar-obligasi-berpotensi-melemah-terbatas/
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan pertemuan bilateral dengan Financial Supervisory Service (FSS)…
Beritamu.co.id – Sinar Mas Land melalui Digital Hub dan Living Lab Ventures (LLV) sukses…
Beritamu.co.id – Harga Bitcoin terus melambung melewati level USD 93,000, dengan kapitalisasi pasar menembus…
Beritamu.co.id - PT Digital Mediatama Maxima Tbk (IDX: DMMX) dengan bangga memperkenalkan solusi ritel…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga posisi September 2024, penyaluran kredit UMKM…
Beritamu.co.id – Hingga Jumat (15/11/2024) sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung…