Jakarta, BeritaMu.co.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sepanjang pekan ini. Kekhawatiran akan pengetatan kebijakan (tapering off) moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) membuat pasar saham global ambruk, termasuk di Indonesia.
Sepanjang minggu ini, IHSG terkoreksi 0,52% secara point-to-point. Pada perdagangan akhir pekan, IHSG ditutup di bawah 6.100. Ini merupakan fase dimana IHSG sulit begerak di level 6.200, meski beberapa kali sudah di atas level 6.100.
Kepala Eksekutif Pengawas Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen membeberkan alasan IHSG saat ini masih bergerak sideways (menyamping).
Hoesen mengatakan ada sejumlah sentiment yang menyebabkan IHSG bertahan di level 6.000 di level itu. Pertama, memasuki Q2, terdapat sentimen global yang mempengaruhi kinerja pasar modal Indonesia. Antara lain munculnya varian baru Covid – 19.
Selanjutnya, kebijakan pemerintah dalam memberlakukan aturan atau pengetatan PPKM sejak 3 Juli lalu, dan terus diperpanjang hingga saat ini. Hal ini memberikan beban pada kinerja pasar modal Indonesia. Meski saat ini pelaku pasar sudah cukup siap dalam merespon hal ini.
“Terbukti sampai dengan saat ini, pasar masih bergerak sideways dengan tren IHSG masih mencoba bertahan di level 6.000 dan terkadang menunjukkan penguatan seiring dengan kondisi pemulihan ekonomi nasional,” ungkap Hoesen, di acara pembukaan Public Expose Live, Senin (6/9/2021).
Berdasarkan data OJK sampai dengan 31 Agustus 2021, IHSG berada pada posisi 6.150,07 poin atau naik sebesar 2,86% secara tahunan.
Sementara itu, nilai market capitalization juga mengalami peningkatan sebesar 6,13%% sejak awal tahun dari sebelumnya sebesar Rp 6.968,94 triliun per menjadi sebesar Rp 7.395,89 triliun.
Dari sisi supply, OJK juga telah mengeluarkan surat pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum untuk 126 emisi, dengan total nilai hasil penawaran umum mencapai Rp 255,45 triliun, 38 di antaranya adalah emiten baru. Penambahan jumlah Emiten baru ini juga tercatat masih tertinggi di Bursa ASEAN.
Sementara itu, dari sisi demand, kata Hoesen, jumlah investor terus bertumbuh secara signifikan. OJK mencatat jumlah SID mencapai 6,09 juta atau meningkat sebesar 56,95% secara year to date. SID atau Single Investor Identification adalah identitas tunggal investor yang digunakan untuk melakukan aktivitas di pasar modal Indonesia.
Peningkatan jumlah investor ini didominasi oleh kaum milenial dan generasi Z yang berumur di bawah 30 tahun yang tercatat mencapai 58,45% dari total Investor.
“Berbagai indikator pasar yang bergerak cukup positif tersebut, cukup memberikan optimisme terkait perkembangan pasar modal Indonesia di tahun 2021,” tandas Hoesen.
[]
(hps/hps)
Demikian berita mengenai Bos OJK Beberkan Penyebab IHSG Susah Melewati Level 6.200, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210911164114-17-275532/bos-ojk-beberkan-penyebab-ihsg-susah-melewati-level-6200
Beritamu.co.id - Emiten bidang usaha Investasi dan jasa penunjang telekomunikasi, PT Sarana Menara Nusantara…
Beritamu.co.id - Emiten bidang usaha Metal and Alied Products, PT Citra Tubindo Tbk (IDX:…
Beritamu.co.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sore awal pekan ini, Senin…
Beritamu.co.id - Haryanto Sofian selaku Direktur Utama PT Perdana Karya Perkasa Tbk (IDX: PKPK)…
Beritamu.co.id - Perawatan kecantikan kini menjadi bagian penting dari keseharian banyak orang, baik dalam…
Beritamu.co.id - Indeks Kospi di Bursa Efek Korea, Seoul, Korea Selatan, melonjak 33,1 poin,…