Jakarta, BeritaMu.co.id – Nilai tukar rupiah stagnan di Rp 14.250/US$ pada perdagangan Kamis kemarin, setelah nyaris sepanjang perdagangan berada di zona merah. Sementara pada perdagangan Jumat (10/9/2021), rupiah bisa mencuri peluang untuk menguat melihat indeks dolar AS yang kembali melemah kemarin.
Setelah menguat 2 hari beruntun yang membuat rupiah menghentikan laju impresifnya, indeks dolar AS kemarin kembali melemah. Sebabnya, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang lebih dulu melakukan tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) ketimbang bank sentral AS (The Fed).
Inflasi yang tinggi di zona euro membuat ECB mengurangi nilai pembelian asetnya atau yang dikenal dengan Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP), meski tidak menyebutkan berapa nilainya.
“Berdasarkan penilaian bersama tekait kondisi finansial dan outlook inflasi, Dewan Gubernur memutuskan untuk melanjutkan program PEPP dengan menurunkan nilainya secara moderat dibandingkan dua kuartal sebelumnya,” tulis pernyataan ECB sebagaimana dikutip CNBC International, Kamis (9/9/2021).
Dalam dua kuartal sebelumnya, nilai pembelian aset ECB sebesar 80 miliar euro per bulan, selanjutnya para analis memprediksi nilainya akan turun menjadi 70 miliar euro hingga 60 miliar euro.
Tapering yang dilakukan ECB tersebut membuat euro menguat, dan indeks dolar AS berbalik melemah. Alhasil, rupiah punya kesempatan menguat hari ini.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan mengingat rupiah berakhir stagnan. Kombinasi Stochastic yang jenuh jual (oversold) serta pola hammer membuat rupiah tertekan dalam 2 hari terakhir.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya, ketika belum mencapai wilayah oversold, rupiah yang disimbolkan USD/IDR artinya ada risiko berbalik arah alias rupiah melemah. Apalagi, kini muncul pola Hammer, yang menjadi sinyal pembalikan arah.
Pola Hammer tersebut akan menjadi mimpi buruk bagi rupiah, pada perdagangan kemarin rupiah menutup perdagangan di atas pola tersebut. Artinya, pola Hammer terkonfirmasi sebagai pola pembalikan arah, rupiah patut waspada.
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv
Meski demikian, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200. Artinya, rupiah bergerak di bawah 3 MA yang akan menjadi penahan pelemahan rupiah.
Selain itu, rupiah juga sudah menembus ke bawah bullish trend line (garis warna merah) yang tidak menguntungkan dolar AS.
Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.280/US$ hingga Rp 14.290/US$, yang merupakan MA 200. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.310/US$ hingga Rp 14.330/US$.
Sementara support berada di kisaran Rp 14.200/US$, yang akan menahan jika rupiah mampu menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[]
(pap/pap)
Demikian berita mengenai Indeks Dolar AS Jeblok Lagi, Rupiah Bisa Curi Peluang Menguat, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210910080416-17-275157/indeks-dolar-as-jeblok-lagi-rupiah-bisa-curi-peluang-menguat
Beritamu.co.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sore awal pekan ini, Senin…
Beritamu.co.id - Haryanto Sofian selaku Direktur Utama PT Perdana Karya Perkasa Tbk (IDX: PKPK)…
Beritamu.co.id - Perawatan kecantikan kini menjadi bagian penting dari keseharian banyak orang, baik dalam…
Beritamu.co.id - Indeks Kospi di Bursa Efek Korea, Seoul, Korea Selatan, melonjak 33,1 poin,…
Beritamu.co.id - Josef Kandiawan selaku Direktur Utama PT Ace Oldfields Tbk (IDX: KUAS) telah…
Beritamu.co.id - Riset harian Samuel Sekuritas menyebutkan, pasar saham AS ditutup menguat pada Jumat…