Jakarta, BeritaMu.co.id– Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) buka suara soal kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sulit menembus level 6.200.
Menurut Ketua ADPI, Suheri, kondisi ini dikarenakan oleh investor asing yang masih ogah masuk ke saham blue chip dan investor ritel yang hanya masuk ke saham small cap untuk bertransaksi jangka pendek alias trading sehingga tidak membantu mengerek indeks.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, dalam sebulan terakhir IHSG memang masih melorot 0,33%, terlepas dari awal Agustus silam di mana IHSG sempat naik sebentar ke level 6.200, level ini sudah tak pernah dicicipi IHSG sejak Maret.
Meskipun demikian ternyata investor asing tercatat terus memborong saham di pasar reguler sebesar Rp 5,67 triliun di pasar reguler dalam sebulan terakhir, bahkan dalam 3 bulan tercatat asing mencetak net buy sebesar Rp 7 triliun di pasar reguler.
Saham yang diborong oleh asing juga tergolong saham blue chip seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang diborong Rp 3 triliun dan Rp 1,2 triliun sebulan terakhir.
Meskipun demikian ternyata asing juga melego saham-saham blue chip demi melakukan aksi beli ini meskipun aksi jualnya tak sebanyak aksi beli. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi saham yang paling banyak dibuang asing dengan netsell Rp 377 miliar sementara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) di lego Rp 179 miliar.
Selanjutnya saham blue chip lain yang diguyur asing termasuk PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) serta PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang masing-masing dilego Rp 116 miliar dan Rp 107 miliar.
Hal ini menunjukkan meski asing melakukan aksi beli bersih saham, namun aksi ini dilakukan mayoritas di dua saham blue chip saja dengan nominal jumbo sedangkan banyak saham unggulan lainnya yang dilego asing sehingga IHSG sulit bergerak naik karena dana asing terpusat di segelintir saham saja.
Sejatinya memang investor ritel memang memiliki kecenderungan untuk menjadi bertransaksi dalam jangka pendek saja, apabila sudah cuan maka sahamnya akan segera dijual sehingga lebih tertarik untuk bertransaksi di saham-saham berkapitalisasi pasar kecil yang geraknya liar.
Meskipun demikian, tak sedikit pula investor ritel yang berorientasi investasi di jangka panjang (sebagaimana investor institusi seperti dapen yang long term) baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dapat dilihat jumlah SID (nomor tunggal investor pasar modal, single investor identification) reksa dana terus meningkat sejak pandemi bahkan angkanya dua kali lebih banyak dibandingkan dengan SID saham yakni 5,2 juta dibandingkan dengan 2,6 juta.
Diketahui investor reksa dana mayoritas merupakan investor jangka panjang hingga menengah yang memang ingin menabung saham atau berinvestasi di saham dalam jangka panjang secara tidak langsung.
Sebelumnya, Ketua ADPI, Suheri, mengungkapkan sejumlah alasan mengapa laju IHSG saat ini tampak terseok-seok tak mampu menyentuh level psikologis 6.200.
Pertama, investor asing belum banyak masuk ke pasar saham domestik seiring dengan adanya sinyal tapering(pengurangan pembelian obligasi oleh bank sentral AS, the Fed).
Belum masuknya investor asing, yang biasanya ke saham-saham unggulan yang menopang IHSG, membuat pergerakan saham emiten berkapitalisasi besar itu kalah harga dengan saham berkapitalisasi pasar rendah.
“Asing ini kan tergantung sentimen global, dan sentimen global selalu ada, gak cuma tapering saja,” katanya dihubungi BeritaMu.co.id, Rabu kemarin (8/9/2021).
Kedua, dominasi investor ritel di pasar modal Indonesia. Saat ini Suheri mengatakan kenaikan jumlah investor ritel memang sangat signifikan sehingga cukup dominan di pasar.
Hanya saja, tipe investor ritel ini adalahshort term, jangka pendek, cenderungtradingdalam mencari cuan jangka pendek di saham-saham non LQ-45.
Horizon investasi di saham ini berbeda dengan investor asing yang bertipe jangka menengah panjang dan membeli saham-saham fundamental baik yang tergabung di LQ45, indeks berisi 45 saham paling likuid berkinerja baik di BEI.
“Asing belum banyak masuk, kalau ritel itu kan cari oppurtunity, bukan jangka panjang, apalagi anak muda milenial, dia trader juga, bergerak ke saham yang menguntungkan dia ambil. Kalau investor institusi kan dia waktunya lama [horizon investasinya],” kata Suheri dari Dapen Astra ini.
“Maka ketika ritel itu trader, dia cari saham-saham kapitalisasi kecil, dan saham teknologi, begitu untung akan lepas. Sementara institusi pegang saham-saham unggulan di LQ45, jadi wajar kenapa IHSG gak gerak karena saham-saham gede ketinggalan harganya. Saham-saham gede ini investasinya asing, sementara mereka masih di luar [belum masuk RI],” jelasnya.
Menurut Suheri, setiap ada kebijakan luar negeri di AS, biasanya asing akan melakukan rebalancing dan keluar sementara.
“AS ada tapering dan segala macam, suku bunga, umumnya setia pada perubahan. Keluar dulu asing, saya perhatikan dari dulu belum 100 persen asing masuk, masuk pun sedikit,” katanya.
Namun Suheri optimistis di akhir tahun gerak IHSG akan lebih meningkat lagi mengingat tren di Desember selalu lebih tinggi dari awal tahun.
“Jelang akhir tahun polanya akan sana, akhir tahun akan berubah [IHSG],” katanya.
Saat ini porsi investasi para anggota ADPI yakni dana pensiun pemberi kerja (DPPK) setidaknya 5% di saham, berkurang dari tahun lalu sekitar 6%. Sementara menurut dia investor besar lainnya di pasar modal, seperti BPJS Ketenagakerjaan, sebetulnya bukan mengurangi porsi saham, lebih tepatnya tidak menambah porsi saham.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(trp/trp)
Demikian berita mengenai IHSG Macet Gegara Asing Ogah Masuk & Ritel Trading Doang?, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210909210627-17-275128/ihsg-macet-gegara-asing-ogah-masuk-ritel-trading-doang
Beritamu.co.id - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan P. Roeslani,…
Beritamu.co.id - Manager Humas KAI Daop 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko menginformasikan tiket kereta api…
Beritamu.co.id - Jap Astrid Patricia selaku Komisaris PT Prima Globalindo Logistik Tbk (IDX: PPGL)…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi meluncurkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Lembaga Keuangan…
Beritamu.co.id - PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) kembali hadir dalam KPR BRI Property…
Beritamu.co.id - PT Delta Dunia Makmur Tbk (Delta Dunia Group) (IDX: DOID), melalui anak…