Categories: MARKET

ANALIS MARKET (08/9/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Melemah Terbatas

Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Selasa, 07/09/2021 kemarin, IHSG ditutup melemah 14 poin atau -0.24% menjadi 6.112. Sektor teknologi,industri dasar, industrials, transportasi, infrastruktur, bergerak negatif dan mendominasi penurunan IHSG kali ini. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp187 miliar.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan ditradingkan pada level 6.053 – 6.151,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (08/9/2021).

Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;

1.BANK SENTRAL AUSTRALIA

Ditengah hiruk pikuk akan pertemuan Bank Sentral Eropa pekan ini, Bank Sentral Australia mengawali terlebih dahulu pertemuan pada Selasa kemarin. Bank Sentral Australia mengatakan akan terus mendorong perekonomian untuk bergerak maju sembari dengan sangat hati hati untuk mengurangi program pembelian obligasi di pasar. Hal ini justru memberikan gambaran bahwa Bank Sentral Australia masih cukup khawatir dengan pemulihan ekonomi yang akan berlangsung lebih lama pemirsa, meskipun program pembelian obligasi akan segera di kurangkan. Gubernur Philip Lowe dan dewannya mengatakan bahwa mereka masih akan melakukan pembelian obligasi pemerintah dengan nilai A$4 miliar atau $3 miliar per minggu, atau mengalami penurunan dari A$5 miliar sebelumnya. Penurunan ini akan dilakukan setidaknya hingga pertengahan February. Bank Sentral Australia mengatakan akan meninjau program pada pertengahan November mendatang, namun terkait dengan program pembelian obligasi akan tetap dilakukan karena pemulihan ekonomi masih dalam situasi dan kondisi yang tidak pasti karena meningkatnya Covid 19. Sejauh ini banyak proyeksi yang mengatakan bahwa tingkat suku bunga akan tetap sama di 0.1% dengan tingkat program pembelian obligasi tidak akan berubah meskipun pada kenyataannya Bank Sentral Australia berkata lain. Keputusan Bank Sentral Australia untuk melanjutkan Taper Tantrum sembari memperpanjang durasinya merupakan sebuah keinginan untuk memaksimalkan fleksibilitas dari sebuah stimulus untuk menanggapi dampak ekonomi dari Covid 19 yang dimana pandemic ini lebih sulit untuk dikendalikan. Pergeseran ucapan dari Bank Sentral Australia dari lembut menjadi menjadi lebih keras merupakan salah satu signal yang sama dengan beberapa Bank Sentral di seluruh dunia. Bahkan Bank of Canada telah memimpin pengurangan, Bank Sentral Eropa mungkin akan memberikan pengumuman pada pekan ini, dan ada kemungkinan The Fed akan melakukan hal yang sama pada akhir tahun atau awal tahun 2022 mendatang. Namun siapapun Bank Sentralnya, tampaknya semua Bank Sentral akan tetap melakukan pengurangan secara bertahap dan akan mempertahankan sikap fleksibel terhadap setiap perubahan yang ada untuk dapat mengantisipasi tingkat risiko yang ada. Sejauh ini perekonomian Australia diperkirakan akan mengalami kontraksi yang cukup tajam pada Q3 2021 dimana banyak proyeksi juga yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Q4 2021 besar kemungkinan akan mengalami penurunan. Bahkan proyeksi dari Westpac Banking Corp mengatakan bahwa pertumbuhan tahun ini mungkin akan hilang karena Covid 19. Sejauh ini Bank Sentral Australia tahu betul bahwa penguncian masih terjadi di Australia akibat tingginya Covid 19, hanya saja apakah Bank Sentral Australia menutup mata atau tidak untuk melakukan pengurangan stimulus di pasar. Sejauh ini Bank Sentral Australia masih menunjukkan keyakinan dan optimis bahwa ekonomi akan pulih. Lowe mengatakan bahwa kehadiran Covid 19 variant Delta mungkin akan menunda pemulihan, namun tidak akan menggagalkan pemulihan. Kami melihat ada kemungkinan Bank Sentral Australia akan terus bergerak dengan mengurangi pembelian obligasi pada bulan February mendatang, namun potensi tersebut mungkin juga 50 – 50, tergantung sejauh mana Pemerintah Australia dapat mengendalikan Covid 19. Tentu harapannya adalah bahwa Bank Sentral dan pemerintah dapat bersatu padu dalam membuat kebijakan agar tetap dapat menstimulus perekonomian, namun juga tetap dapat menjaga agar kebijakan tidak overdosis. Sejauh ini kami melihat Bank Sentral masih akan mencoba untuk memulai taper tantrum, meskipun tidak dalam jumlah yang besar, tapi setidaknya mereka bisa memulainya secara bertahap. Ditengah gegap gempita pelaku pasar dan investor terkait dengan Taper Tantrum, Kepala Bank Sentral Polandia justru mengatakan apabila kenaikkan tingkat suku bunga terjadi sekarang, maka risikonya pun akan mengalami kenaikkan, meskipun inflasi mengalami kenaikkan dalam kurun 2 dekade terakhir. Gubernur Bank Sentral Polandia, Adam Glapinski mengatakan bahwa Bank Sentral tidak akan mengabaikan pertumbuhan inflasi yang tinggi, dan tidak akan membiarkannya menjadi persisten. Pandemi yang terjadi saat ini masih terus mengaburkan prospek perekonomian, sehingga membuat Bank Sentral menjadi terlalu dini untuk menghapus stimulus. Hal inilah yang di pandang oleh Glapinski dalam menerapkan kebijakan moneter di Polandia. Bagi Glapinski yang paling penting adalah bagaimana situasi ekonomi dapat berkembang tahun depan. Dan jika perekonomian tetap dalam kondisi yang sangat baik, maka situasi di pasar tenaga kerja akan tetap menguntungkan dan inflasi yang melebihi target inflasi bagi Bank Sentral akan membuat Bank Sentral menarik akomodasi moneternya. Sebagai informasi, Polandia saat ini tengah mendapati data inflasi mereka berada di 5.4% YoY pada bulan August lalu, sehingga memberikan potensi kemungkin bahwa tingkat suku bunga akan dinaikkan secara berkala. Glapinski mengatakan bahwa memang benar Bank Sentral akan mengurangi program pembelian obligasi, namun pelonggaran kuantitatif hanya akan berakhir setelah Bank Sentral memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunganya. Oleh sebab itu kami melihat, banyak yang optimis, banyak juga yang realistis, hanya tinggal bagaimana kita menempatkan diri dalam situasi dan kondisi yang tepat dalam membuat kebijakan.

Related Post

2.SEBUAH DUKUNGAN DAN HARAPAN

Bank Indonesia menerbitkan aturan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM). Hal ini selaras dengan kebijakan kewajiban dan dukungan perbankan kepada UMKM. Kebijakan tersebut juga disambut baik oleh perbankan dimana strategi perluasan dari akan mengacu pada akses UMKM untuk dapat terfasilitasi oleh perbankan. Program UMKM Fest yang mempromosikan oleh Bank Indonesia telah menyentuh lebih dari 1.700 merchant UKM melalui kanal daring di triwulan II 2021. Program ini memberikan pelatihan transaksi online kepada UKM dan memfasilitasi akses untuk melakukan ekspor melalui kolaborasi dengan pemerintah serta asosiasi terkait. Program ini turut mendorong peningkatan penyaluran kredit ke sektor UMKM menjadi senilai Rp 78,8 triliun hingga Juni 2021. Dengan semakin banyak bank yang membiayai UMKM dengan porsi yang meningkat tentu akan dapat meningkatkan perekonomian nasional, mengingat UMKM menyumbang sekitar 60% PDB nasional, Kami melihat upaya dalam meningkatkan inklusi ekonomi dapat membuka akses keuangan dan juga memperkuat peran UMKM dalam pemulihan ekonomi nasional. Pada tahun 2021, Bank Indonesia juga menargetkan sebanyak 12 juta merchant untuk dapat menggunakan QRIS guna memudahkan akses pembayaran digital. Berdasarkan data, saat ini sudah tergabung sebanyak 9,4 juta merchant yang telah mengimplementasikan QRIS. Nilai transaksi QRIS mengalami kenaikan signifikan sebesar 366% YoY menjadi Rp 5,6 triliun per Juni 2021. Kami melihat hal ini dapat dijadikan momentum bagi pelaku UMKM Indonesia menuju pangsa pasar global yang cukup tinggi seiring dengan implementasi ini. Pertumbuhan transaksi digital dari tahun 2019-2020 dinilai cukup signifikan dan melonjak pada saat pandemic. Pemain-pemain baru seperti e-commerce, uang elektronik, dan QRIS mencatatkan pertumbuhan signifikan baik pada transaksi maupun penggunaannya. Inilah yang mendorong transformasi digital kian massif yang sesuai dengan keinginan pemerintah dan kami tentunya pemirsa, untuk dapat mendorong perekonomian yang ditopang oleh teknologi. Apalagi Bapak Presiden mengutarakan bahwa sector digital diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih besar untuk pertumbuhan ekonomi hingga tahun 2030 mendatang. Apalagi transformasi ini terus dilanjutkan bukan tidak mungkin, perekonomian digital pun akan sukses mengubah paradigma kita selama ini.


https://pasardana.id/news/2021/9/8/analis-market-0892021-ihsg-memiliki-peluang-bergerak-melemah-terbatas/

Yulia Vera

Recent Posts

Doo Financial Kini Hadir di Indonesia: Tawarkan Akses Pasar Global kepada Investor Lokal

Beritamu.co.id - Broker yang menjadi bagian dari Doo Group, Doo Financial, berekspansi ke Indonesia…

2 hours ago

OJK Perkuat Kerja Sama Pengawasan Sektor Jasa Keuangan dengan Financial Supervisory Service Korea

Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan pertemuan bilateral dengan Financial Supervisory Service (FSS)…

15 hours ago

Sinar Mas Land Sukses Pertemukan Ribuan Partisipan dengan Influential Leaders dan Digital Champion dalam Event ‘DNA Leadership Summit’ di BSD City

Beritamu.co.id – Sinar Mas Land melalui Digital Hub dan Living Lab Ventures (LLV) sukses…

21 hours ago

Bitcoin Kalahkan Perak, Jadi Aset Terbesar ke-8 Dunia

Beritamu.co.id – Harga Bitcoin terus melambung melewati level USD 93,000, dengan kapitalisasi pasar menembus…

22 hours ago

DMMX Hadirkan Terobosan Ritel Pintar Berbasis AI di SIAL Interfood 2024

Beritamu.co.id - PT Digital Mediatama Maxima Tbk (IDX: DMMX) dengan bangga memperkenalkan solusi ritel…

23 hours ago

Tren Pertumbuhan Kredit UMKM Cenderung Melambat, OJK: Dipengaruhi Banyak Faktor

Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga posisi September 2024, penyaluran kredit UMKM…

23 hours ago