Jakarta, BeritaMu.co.id – Emas merupakan salah satu pilihan instrumen investasi masyarakat yang tidak pernah pudar kilaunya dan masih menjadi primadona. Apalagi harga komoditi ini masih mengalami tren kenaikan yang konsisten dan biasanya harga emas cukup kebal terhadap tingkat inflasi sehingga harganya lebih terkendali.
Meski seperti instrumen investasi dan komoditi lainnya, harga emas diproyeksi masih berpotensi terus naik. Kelebihan dari investasi emas ini, yakni harganya yang cukup stabil dan bisa menjadi aset lancar terutama ketika pandemi Covid-19. Investasi emas pun dapat dengan mudah diuangkan dan siapapun bisa berinvestasi emas. Emas juga merupakan instrumen investasi memiliki lindung nilai terhadap potensi risiko inflasi dapat terjadi di kemudian hari.
Misalnya saja untuk harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Tbk dan PT Elang Mulia Abadi Sempurna (Lotus Archi) sempat mencatat kenaikan cukup tajam pada pekan lalu, hingga menyentuh level tertinggi dalam 6 pekan. Begitu juga dengan harga emas acuan di Pegadaian yang mengalami kenaikan, sesuai dengan pergerakan nilai tukar serta supply-demand mata uang Rupiah. Hal ini lah yang membuat investasi emas tidak pernah pudar sejak dulu.
Namun investasi emas tidak harus melulu melalui emas batangan yang dibeli secara langsung. Masyarakat juga bisa berinvestasi pada perusahaan emas, mengingat potensinya yang besar apalagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, termasuk untuk emas.
Indonesia sendiri memiliki banyak tambang penghasil emas yang berbeda, yang terbesar mulai dari tambang emas Freeport, Martabe, Toka Tindung, Tujuh Bukit, dan Gosowong. Perusahaan pengelola pertambangan tersebut pun ada beberapa yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi perusahaan terbuka, sehingga sahamnya dapat dibeli secara langsung oleh masyarakat.
Sehingga investasi emas secara tidak langsung dapat dilakukan melalui pasar saham, dengan kepemilikan saham di emiten tambang emas tersebut. Salah satu keuntungan dari berinvestasi di saham emas, selain dari potensi kenaikan harga saham yang didorong oleh kenaikan harga komoditi emas, tentunya adalah dari sisi growth story emiten tersebut, serta potensi dividen yield yang ditawarkan oleh perusahaan. Salah satu perusahaan yang memiliki tambang emas terbesar di Indonesia tersebut yakni PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) yang baru saja melantai di bursa jelang akhir kuartal II-2021.
Emiten tambang emas ini berhasil membukukan kinerja keuangan yang solid selama paruh pertama tahun 2021, dimana pendapatan berhasil tumbuh sebesar 9%. Kemudian laba bersih ARCI hingga akhir Juni 2021 juga tumbuh 24% menjadi US$32,6 juta (Rp472,26 miliar) dari US$26,29 juta (Rp381,20 miliar) pada paruh pertama 2020.
Tidak seperti saham-saham perusahaan emas lainnya yang telah tercatat di BEI yang memiliki bisnis komoditi lainnya seperti timah atau tembaga, hampir keseluruhan kegiatan pertambangan ARCI pun berfokus pada komoditi emas yang menjadikan ARCI sebagai satu satunya emiten “gold pure play / proxy” di BEI. Pada Desember 2020, tambang emas Toka Tindung yang dikelola ARCI memiliki cadangan bijih emas (bersertifikasi JORC) sebanyak 3,9 juta ons (setara dengan 121 ton). Archi Indonesia juga telah berhasil memproduksi lebih dari 200 kilo ons (setara dengan 6,2 ton) emas per tahunnya sejak 2016.
Selain itu, tambang emas Toka Tindung juga berpotensi untuk menemukan tambahan cadangan emas antara 5-13 juta ons (setara dengan 150-400 ton) dalam 5 tahun mendatang, selain juga menargetkan untuk meningkatkan kapasitas pabriknya hingga 8 juta ton bijih pada akhir tahun 2025.
Dengan peningkatan tersebut, maka tambang emas Toka Tindung diharapkan dapat mencapai produksi emas sebanyak 14 ton per tahunnya mulai tahun 2026 dan seterusnya, dimana ini akan melampaui produksi emas per tahun dari tambang emas terbesar no 1 saat ini Martabe miliki PT Agincourt, yang bernaung di bawah emiten PT United Tractors Tbk (UNTR).
Artinya pendapatan dan laba bersih dari ARCI masih berpotensi terus naik, seiring peningkatan cadangan emas, jumlah produksi, serta harga komoditi emas. Apalagi pada saat ini, harga saham ARCI dapat dikategorikan masih sangat relatively undervalued, dimana pada perdagangan hari Jumat lalu ditutup pada harga Rp605 per lembar, atau dengan PE ratio dibawah 10x, sedangkan rata-rata industri saham tambang emas berada di level PE ratio diatas 20x. Dari sisi metrik valuasi EV/Reserve ARCI juga berpotensi berada pada level US$123/ons, jauh dibawah median global di level US$310/ons.
Dengan bermodal fundamental yang cukup kuat dan potensi pertumbuhan yang sangat baik ke depan, maka harga saham perusahaan pun masih berpotensi mengalami kenaikan yang cukup besar dan berpotensi memberikan keuntungan maupun sebagai sarana diversifikasi risiko portofolio bagi para investor di pasar saham.
[]
(dob/dob)
Demikian berita mengenai Bukan Cuma Batangan, Investasi Emas Bisa Melalui Pasar Saham, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210831115139-17-272538/bukan-cuma-batangan-investasi-emas-bisa-melalui-pasar-saham
Beritamu.co.id – Hingga Jumat (15/11/2024) sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung…
Beritamu.co.id – Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keberlanjutan dan…
Beritamu.co.id – Sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan investor saham syariah serta memberikan apresiasi kepada stakeholders…
Beritamu.co.id - Data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan perdagangan pada…
Beritamu.co.id – Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Harga Tiket Pesawat yang terdiri dari Kementerian Koordinator…
Beritamu.co.id – Gerakan pelestarian lingkungan kini semakin masif digalakkan oleh seluruh sektor industri, tak…