Categories: MARKET

ANALIS MARKET (30/8/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat

Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jumat, 27/08/2021 lalu, IHSG ditutup melemah 16 poin atau -0.28% menjadi 6.041. Sektor infrastruktur, energi, consumer siklikal, keuangan, industry dasar, industrials, property, consumer non siklikal bergerak negatif dan mendominasi penurunan IHSG kali ini. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp467 miliar.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 6.014 – 6.066,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (30/8/2021).

Adapun di awal pekan ini, akan kita awali cerita dari;

1.DARI OM POWELL UNTUK KITA

Pada akhirnya sebuah pertemuan memberikan sebuah kepastian. Om Powell mengatakan pada pertemuan yang berlangsung di Jackson Hole dengan menyampaikan Bank Sentral sudah dapat memulai untuk melakukan pengurangan pembelian obligasi di pasar pada tahun ini. Meskipun ada potensi Taper Tantrum, namun The Fed tidak akan terburu buru untuk menaikkan tingkat suku bunga. Perekonomian telah melewati ujiannya, dan kemajuan terus terlihat dan berlanjut pada sisi yang lebih substantial, dimana kenaikkan inflasi merupakan salah satu pra syarat untuk mengurangi pembelian obligasi. Apalagi pasar tenaga kerja juga telah membuat kemajuan yang pasti. Pada pertemuan kebijakan The Fed pada bulan July, Powell memiliki pandangan tersebut, dan bahkan hampir sebagian besar peserta mengatakan bahwa perekonomian saat ini sesuai dengan proyeksi, sehingga menjadikan waktu yang tepat untuk mulai melakukan pengurangan pembelian obligasi pada tahun ini. Beberapa waktu, The Fed telah melakukan intervensi dan sejauh ini sudah memberikan lebih banyak kemajuan terhadap perekonomian, khususnya dalam bentuk data tenaga kerja pada bulan July, namun ada kekhawatiran lebih lanjut karena peningkatan Covid 19. Powell berjanji bahwa The Fed akan menilai dengan hati hati data yang masuk dan resiko yang mungkin akan terus berkembang. Alhasil kami melihat bahwa para pembuat kebijakan moneter tampaknya sudah mulai hampir mencapai kata mufakat terkait dengan pengurangan pembelian obligasi sebelum akhir tahun, bahkan beberapa diantara para pejabat mendorong agar pengumuman dapat di sampaikan pada pertemuan The Fed bulan depan. Pembuat kebijakan moneter ingin secepatnya melakukan Taper Tantrum sebelum pada akhirnya mereka menaikkan tingkat suku bunga pada awal 2022. Namun meskipun Powell lebih mengakui potensi pengurangan stimulus itu ada, namun Powell mengingatkan dan menegaskan bahwa langkah langkah untuk mulai mengurangi pembelian obligasi tidak boleh juga ditafsirkan sebagai tanda tanda bahwa kenaikan tingkat suku bunga akan segera terjadi. Hal ini yang akan dicoba oleh Powell sebagai sesuatu untuk menenangkan pasar agar tidak terkesan bahwa sekalipun Taper Tantrum terjadi, namun kenaikkan tingkat suku bunga belum tentu terjadi. Powell juga menyampaikan bahwa terkait masalah waktu dan kecepatan terkait dengan pengurangan pembelian obligasi yang akan datang tidak dimaksudkan untuk memberikan signal secara langsung terhadap kenaikkan tingkat suku bunga, karena The Fed telah mengartikulasikan tes yang berbeda, dan ketat secara substantial. Sejauh ini kami melihat bahwa The Fed akan terus mempertahankan nilai stimulus pada level saat ini hingga perekonomian dapat mencapai situasi dan kondisi yang konsisten dengan lapangan kerja yang maksimum serta didukung oleh inflasi yang telah mencapai 2%, meskipun ada potensi inflasi akan melebihi 2% dalam beberapa kurun waktu mendatang. Terkait dengan data tenaga kerja, masih banyak fondasi yang harus dikerjakan untuk mencapai lapangan kerja maksimum, dan waktu akan memberikan tahu jawabnya, apakah inflasi akan konsisten untuk berada di level 2% secara berkelanjutan atau tidak. Secara proyeksi triwulanan yang terbit pada bulan June lalu, 7 dari 18 peserta FOMC mulai berfikir untuk mulai menaikkan tingkat suku bunganya pada tahun depan, sementara 6 diantaranya melihat kenaikkan akan terjadi pada tahun 2023 mendatang. Berbicara terkait dengan data tenaga kerja, sejauh ini total pekerjaan di Amerika masih sekitar 6 juta pekerjaan di bawah tingkat pra pandemi. June dan July merupakan salah satu moment puncak untuk mendorong peningkatan tenaga kerja, namun penyebaran virus delta diyakini merupakan salah satu factor yang cukup menekan kecepatan dalam pemulihan pasar obligasi. Powell sendiri kembali mengatakan dan mengingatkan, bahwa inflasi kemungkinan akan bersifat sementara, meskipun ada kenaikkan dalam beberapa bulan terakhir. Sejauh ini sebagian besar produk dari kelompok barang dan jasa masih dipengaruhi oleh pandemi secara langsung. Powell juga mengatakan bahwa factor factor disinflasi global saat ini cenderung dapat berkembang dari waktu ke waktu, namun tetap ada alasan untuk inflasi dapat berbalik dan mereda. Sejauh ini pandemi masih akan memberikan tekanan terhadap inflasi. Kami menyakini bahwa pertemuan pada bulan September mendatang pemirsa, ini akan menjadi sebuah tanda, sebuah signal, bahwa saat ini pelaku pasar dan investor akan mulai bersiap untuk mulai menghadapi fase Taper Tantrum. Cepat atau lambat, hari ini atau nanti, kita tentu harus menghadapi hal ini. Belajar dari kesalahan, tentu ini akan menjadi sebuah kesempatan untuk membuktikan bahwa kita mampu bertahan. Secara proyeksi, fundamental ekonomi di Indonesia akan pulih, meskipun membutuhkan waktu untuk mencapai fundamental ekonomi yang solid. Namun kami yakin, prospek perekonomian Indonesia masih cerah, sehingga koreksi seperti apapun akan menjadi salah satu tanda bahwa akumulasi dapat dilakukan. Jangan takut, jangan ragu, yakin terhadap kemampuan kita untuk bertahan. Sebagai informasi, pertemuan di Simposium ini merupakan sebuah retret tingkat tinggi yang dihadiri oleh para Gubernur Bank Sentral dari seluruh dunia, meskipun sebelumnya dijadwalkan dihadiri secara tatap muka, namun tampaknya penyebaran Covid 19 memaksa Simposium ini hadir dalam bentuk virtual. The Fed sendiri tengah menyiapkan kerangka kerja baru untuk dapat memberikan sebuah gambaran bagi para pejabat The Fed untuk melakukan ekspansi ekonomi untuk maju lebih jauh daripada yang terjadi di masa lalu sebelum The Fed melakukan menaikkan tingkat suku bunga, sehingga dapat mendorong angka pengangguran mengalami penurunan lebih cepat. Tidak hanya sampai disitu, tingkat pengangguran yang turun lebih cepat pun juga menjadi salah satu perhatian agar kelompok yang berpenghasilan rendah dapat berbagai manfaat dari perekonomian yang mengalami pemulihan. Well, yuk kita nantikan pertemuan The Fed pada bulan September mendatang. Meksipun Taper Tantrum usai kelak nanti, bukan berarti The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga. Namun perekonomian akan pulih, baik hari ini ataupun nanti.

Related Post

2.PERLAHAN TAPI PASTI!

Berkurangnya defisit perdagangan Indonesia dengan China dapat menjadi awal untuk perbaikan performa ekspor dan impor nasional. Namun Indonesia harus lebih memperdalam manufaktur di dalam negeri sehingga nilai ekspor bisa lebih tinggi. Defisit dagang yang dialami Indonesia dengan China tidak lepas dari liberalisasi yang dilakukan ketika industri belum siap. Tekanan defisit mulai dirasakan sejak Indonesia mengimplementasikan Asean-China FTA. Hal ini menjadi pendorong defisit ketika daya saing tidak seimbang, hal tersebut berlanjut karena penguatan belum signifikan. Jika mengacu pada data historis impor Indonesia dari China 90% porsinya didominasi oleh produk manufaktur. Di sisi lain, ekspor ke China masih didominasi oleh barang mentah atau setengah jadi dengan nilai tambah yang tidak maksimal. Peningkatan ekspor ke China yang disumbang oleh ekspor produk tambang seperti besi dan baja sebagai buah dari pendalaman industri di dalam negeri, hal tersebut menjadi awal yang baik untuk perbaikan struktur. Namun harapannya Indonesia tidak hanya bertumpu pada besi dan baja. Ini awal yang bagus, dari sisi nilai tambah mengakibatkan ekspor bertambah dan defisit berkurang. Namun tidak bisa berhenti di situ, perlu ada pendalaman lagi agar produk yang di ekspor dapat memiliki nilai tambah dan lebih sustain. Saat ini Indonesia juga dihadapkan pada tantangan keterbatasan jenis industri dengan keunggulan komparatif yang besar. Industri besi dan baja sendiri dinilai memiliki potensi pertumbuhan pesat karena Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Indonesia memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton Ni. Jumlah cadangan tersebut merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni.

 


https://pasardana.id/news/2021/8/30/analis-market-3082021-ihsg-memiliki-peluang-bergerak-menguat/

Yulia Vera

Recent Posts

Anak Usaha TOWR Raih Fasilitas Pinjaman Bergulir dari Bank BNP Paribas Indonesia Senilai Rp500 Miliar

Beritamu.co.id - Emiten bidang usaha Investasi dan jasa penunjang telekomunikasi, PT Sarana Menara Nusantara…

38 mins ago

CTBN Jual Seluruh Saham di Anak Perusahaan kepada Anak Usaha ABMM

Beritamu.co.id - Emiten bidang usaha Metal and Alied Products, PT Citra Tubindo Tbk (IDX:…

1 hour ago

Ditutup ke Level 7.314, IHSG Awal Pekan Menguat 1,65 Persen

Beritamu.co.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sore awal pekan ini, Senin…

2 hours ago

Haryanto Sofian Tambah Porsi Kepemilikan Sahamnya di PKPK

Beritamu.co.id - Haryanto Sofian selaku Direktur Utama PT Perdana Karya Perkasa Tbk (IDX: PKPK)…

3 hours ago

Pialang Asuransi BWT Jalin Kolaborasi dengan Shopee Beri Proteksi Gratis untuk Produk Kecantikan

Beritamu.co.id - Perawatan kecantikan kini menjadi bagian penting dari keseharian banyak orang, baik dalam…

3 hours ago

Indeks Kospi Melonjak 1,32 Persen

Beritamu.co.id - Indeks Kospi di Bursa Efek Korea, Seoul, Korea Selatan, melonjak 33,1 poin,…

4 hours ago