Jakarta, BeritaMu.co.id – Produksi emas nasional pada semester I-2021 tercatat sebesar 12,94 ton, turun 12,15% dari semester I-2020 yang tercatat sebesar 14,73 ton. Capaian produksi pada paruh pertama tahun ini baru mencapai 40,85% dari target produksi tahun 2021 sebesar 31,67 ton.
Bahkan hingga akhir Agustus produksi emas nasional belum mencapai separuh dari target, atau realisasinya masih sebesar 48,89% (15,48 ton), berdasarkan data dari Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dikutip BeritaMu.co.id, Rabu (25/08/2021).
Sementara itu, realisasi penjualan lebih rendah lagi, baru mencapai 12,96% atau setara 10,61 ton dari target tahun 2021 sebesar 81,90 ton.
Lantas bagaimana dengan kinerja dari emiten-emiten tambang emas yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
Tercatat terdapat delapan emiten yang melakukan pengusahaan emas baik itu merupakan bisnis utama atau salah satu segmen bisnis dari konglomerasi usaha yang lebih besar.
Selain perusahaan yang diperdagangkan publik, terdapat juga entitas swasta yang memproduksi emas dengan porsi yang cukup signifikan, seperti PT Freeport Indonesia yang mengekstraksi emas dari bijih tembaga.
Berdasarkan siaran pers Freeport McMoran (FCX), Freeport Indonesia memproduksi 848.000 ons emas pada 2020, turun tipis dari 2019 yang sebesar 863.000 ons.
Sedangkan penjualan emas mencapai 842.000 ons pada 2020, turun 13,5% dari 2019 yang mencapai 973.000 ons. Adapun harga jual rata-rata emas pada 2020 mencapai US$ 1.832 per ons, naik dari US$ 1.416 per ons pada 2019. Tahun ini, produksi emas Freeport Indonesia ditargetkan naik 65% menjadi 1,4 juta ons dari 848.000 ons pada 2020.
Lalu ada pula beberapa perusahaan swasta lain seperti PT Kasongan Bumi Kencana (KBK) dan PT Indo Muro Kencana (IMK).
Tim Riset BeritaMu.co.id merangkum kinerja delapan emiten tambang emas di BEI.
Kedelapan emiten itu yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) lewat anak usaha, PT United Tractors (UNTR) lewat anak usaha, PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Archi Indonesia Tbk (ARCI), dan terakhir PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI)
Adapun untuk Antam, meskipun produksi nasional turun, secara umum pada 2021 emiten tambang emas RI ini menunjukkan kinerja positif.
Dari 7 perusahaan yang telah mengeluarkan laporan keuangan publikasi kuartal pertama – minus ARCI yang baru melantai di bursa jelang akhir kuartal kedua 2021 – hanya tiga yang mengalami penurunan pendapatan yaitu UNTR yang turun tipis 2,27%, MDKA terkoreksi hingga 55,15%, dan SQMI turun 5,03%.
Sementara empat lainnya mengalami peningkatan nilai pendapatan, bahkan untuk ANTM penjualannya melonjak hingga 77%.
Perlu dicatat bahwa tidak semua emiten yang disebutkan di atas secara eksklusif melakukan penambangan emas, dan beberapa di antaranya penambangan emas bukan merupakan segmen bisnis utama perusahaan.
Sementara terkait kinerja laba, empat perusahaan memperolah laba bersih dan mencatatkan kinerja positif dan tumbuh dari 3 bulan awal pertama tahun lalu, bahkan ANTM dan MEDC mampu membalikkan keadaan dari tahun sebelumnya memperoleh rugi bersih.
Walaupun memperoleh peningkatan pendapatan, J Resources tercatat merugi, begitu juga dengan Merdeka Copper Gold. Satu lagi yang juga merugi yakni SQMI.
Hingga akhir kuartal II-2021, tiga dari tujuh emiten tambang emas telah menyetorkan laporan keuangan konsolidasi per 31 Juni 2021.
Ketiganya – ARCI, UNTR, BRMS – mencatatkan pertumbuhan pendapatan usaha.
Pertumbuhan terbesar dicatatkan oleh BRMS yang pendapatannya melonjak hingga 140%, diikuti oleh UNTR yang naik 12,41%. Sedangkan emiten yang baru saja memperoleh dana segar hasil penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO), ARCI, pendapatan paruh pertama naik 9,44%.
Senada dengan pendapatan yang naik, ketiga perusahaan tersebut juga mencatatkan kinerja laba yang positif sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Laba bersih BRMS melonjak 308% menjadi US$ 4,42 juta atau setara Rp 64,09 miliar (kurs Rp 14.500/US$) dari semula US$ 1,04 juta (Rp 15,08 miliar).
Sementara itu laba bersih ARCI hingga akhir Juni 2021 naik 23,88% menjadi US$ 32,57 juta (Rp 472,26 miliar) dari semula US$ 26,29 juta (Rp 381,20 miliar). Sedangkan laba bersih UNTR meningkat 11,18% menjadi Rp 4,51 triliun dari semula Rp 4,06 triliun.
Berikut ini profil ringkas tujuh emiten yang memiliki bisnis tambang emas.
NEXT: Simak Kinerja 8 ‘Raksasa’ Tambang Emas di BEI
Demikian berita mengenai Preteli Dulu! Ini Jeroan Kinerja 8 ‘Raksasa’ Tambang Emas RI, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210824201219-17-270953/preteli-dulu-ini-jeroan-kinerja-8-raksasa-tambang-emas-ri
Beritamu.co.id - Broker yang menjadi bagian dari Doo Group, Doo Financial, berekspansi ke Indonesia…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan pertemuan bilateral dengan Financial Supervisory Service (FSS)…
Beritamu.co.id – Sinar Mas Land melalui Digital Hub dan Living Lab Ventures (LLV) sukses…
Beritamu.co.id – Harga Bitcoin terus melambung melewati level USD 93,000, dengan kapitalisasi pasar menembus…
Beritamu.co.id - PT Digital Mediatama Maxima Tbk (IDX: DMMX) dengan bangga memperkenalkan solusi ritel…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga posisi September 2024, penyaluran kredit UMKM…