Jakarta, BeritaMu.co.id – Jumlah investor pasar modal Indonesia terus mengalami peningkatan, terutama pada masa pandemi Covid-19. Tidak berlebihan apabila tahun 2020 juga disebut sebagai tahun renaisans alias kebangkitan investor ritel domestik.
Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), sampai dengan akhir tahun 2020, investor pasar modal telah meningkat 56% dari tahun 2019 menjadi 3,88 juta investor.
Dari sisi investor aktif harian juga telah mencapai angka 94,7 ribu atau meningkat 73% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Perdagangan saham di tahun 2020 juga turut didominasi oleh Investor domestik ritel yang jumlahnya mencapai hingga 48 persen dari total nilai perdagangan harian,” tulis BEI, Selasa (29/6/2021).
Tren itu masih terus berlanjut hingga saat ini. Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per Juli 2021 jumlah investor pasar modal RI mencapai 5.822.870 SID, naik 50,4% dibandingkan tahun 2020.
SID (Single Investor Identification) adalah nomor identitas tunggal yang dikeluarkan oleh KSEI kepada investor. Terbaru data KSEI per 6 Agustus 2021, jumlah SID pasar modal mencapai 9,6 juta SID.
Pertumbuhan signifikan tersebut dikarenakan masuknya peserta Tabungan Perumahan Rakyat (TAPERA) ke dalam Sistem Multi Investasi Terpadu (S-MULTIVEST) KSEI, yang beroperasi sejak 10 Juni 2021.
Jadi jumlah 9,6 juta SID tersebut adalah gabungan dari investor saham ( 2,61 juta), reksa dana (5,23 juta), surat berharga negara/SBN (546.434)), dan Tapera (3,98 juta).
Sementara, jika mengacu data Juli 2021, jumlah investor saham yang tercatat di C-BEST mengalami kenaikan 52,77% menjadi 2.589.880 jumlah Single Investor Identification (SID) pada Juli 2021 dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2020 sebanyak 1.695.268 investor.
Lantas, dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-76, pertanyaannya, bagaimana ‘kekuatan’ investor lokal di hadapan investor asing ketika ‘berlaga’ di bursa nasional? Apakah investor lokal sudah berhasil ‘merdeka’ di Tanah Airnya sendiri?
Saat ini, investor lokal mendominasi nilai aset saham dalam bentuk saham scripless atau non warkat yang tercatat di data KSEI.
Sebagai informasi, saham scripless merupakan saham yang pencatatannya sudah di konversi ke dalam bentuk elektronik digital. Sisanya, masih ada saham dalam bentuk warkat yang biasanya dipegang oleh pengendali perusahaan tercatat.
Setidaknya sejak akhir Mei tahun lalu, nilai saham yang dikuasai investor domestik selalu mengungguli investor asing. Seiring bulan berlalu, perbedaannya semakin kentara.
Data KSEI per akhir Juli 2021 menunjukkan, total nilai aset saham scripless mencapai Rp 4.371,51 triliun atau sekitar 59,36% dari total kapitalisasi pasar IHSG pada 16 Agustus 2021 yang sebesar Rp 7.364,22 triliun. Nilai saham investor domestik sendiri mencapai Rp 2.434,58 per Juli tahun ini.
Sementara, menurut data BEI, apabila menilik total perdagangan berdasarkan jenis investor sejak 2016 sampai kuartal II 2021, investor domestik selalu mencatatkan persentase perdagangan lebih tinggi dibandingkan investor asing. Pada kuartal II tahun ini, investor lokal memiliki persentase perdagangan 72%, sementara asing 28%.
Di tengah hamparan angka yang tampaknya berpihak kepada investor dalam negeri di atas, sebenarnya ada satu ‘sumber kekuatan pamungkas’ yang dimiliki investor asing, yakni di saham-saham blue chip alias big cap (saham dengan nilai kapitalisasi pasar/market cap di atas Rp 100 triliun).
Menurut data 10 besar saham scripless big cap dari KSEI, 7 saham non warkat blue chip secara mayoritas dikuasai oleh investor asing.
Kepemilikan di saham perbankan dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di bursa, BBCA, menjadi yang paling jomplang. Asing memiliki 80,23% saham scripless BBCA, sementara lokal hanya 19,77%.
Begitu pula dengan saham perbankan BUMN BBRI (peringkat kedua saham dengan nilai market cap terjumbo), yang mana investor asing menggenggam 79,05% saham scripless bank, sedangkan investor domestik memiliki 20,95%.
Melihat komposisi asing yang lebih unggul tersebut, tentu mengindikasikan besarnya pengaruh asing terhadap pergerakan kedua saham raksasa di bursa itu. Sebagaimana diketahui, pergerakan saham-saham big cap ikut menjadi penggerak utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Secara year to date (ytd), misalnya, asing melakukan aksi jual bersih (net sell) saham BBCA Rp 67,89 miliar di pasar reguler. Hal ini dibarengi oleh koreksi saham BBCA sebesar 5,17% sejak awal tahun. Sementara, asing tercatat membukukan beli bersih (net buy) Rp 591,68 miliar dalam sebulan dan diiringi oleh kenaikan saham BBCA 4,99%.
Sementara, secara keseluruhan, asing melakukan aksi beli bersih Rp 7,14 triliun secara ytd di IHSG. Sementara dalam sebulan terakhir asing melakukan net buy Rp 2,50 triliun.
Tidak seperti saham BBCA dan BBRI di atas, mayoritas saham scripless perbankan ARTO dikuasai investor lokal 62,61%, dibandingkan dengan asing yang sebesar 37,39%.
Adapun saham emiten Grup Emtek, EMTK, menjadi saham scripless dengan porsi kepemilikan lokal tertinggi, yakni 82,43%. Asing sendiri hanya menggenggam 17,57% saham tanpa warkat EMTK.
Penjabaran di atas merupakan gambaran kasar mengenai ‘peta pertarungan’ investor lokal dan asing di bursa Tanah Air.
Tentu saja, masuknya dana dari investor asing dalam kadar tertentu diperlukan untuk membantu mengangkat performa IHSG. Namun, yang juga tak kalah pentingnya adalah pertumbuhan, baik jumlah maupun nilai investasi, investor saham domestik di ‘kampung halamannya’ sendiri.
TIM RISET INDONESIA
[]
(adf/adf)
Demikian berita mengenai HUT RI ke-76, Apa Pasar Saham RI Masih ‘Dijajah’ Asing?, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210817111859-17-269052/hut-ri-ke-76-apa-pasar-saham-ri-masih-dijajah-asing
Beritamu.co.id – Sinar Mas Land melalui Digital Hub dan Living Lab Ventures (LLV) sukses…
Beritamu.co.id – Harga Bitcoin terus melambung melewati level USD 93,000, dengan kapitalisasi pasar menembus…
Beritamu.co.id - PT Digital Mediatama Maxima Tbk (IDX: DMMX) dengan bangga memperkenalkan solusi ritel…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga posisi September 2024, penyaluran kredit UMKM…
Beritamu.co.id – Hingga Jumat (15/11/2024) sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung…
Beritamu.co.id – Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keberlanjutan dan…