Jakarta, BeritaMu.co.id– Paket infrastruktur Amerika Serikat senilai $1 triliun tidak diragukan lagi merupakan kabar baik bagi industri logam. Tambahan dana untuk menambah jalan tol, rel kereta api dan sistem jaringan listrik tentunya akan meningkatkan permintaan untuk baja, tembaga, dan aluminium.
Sementara itu untuk mineral bahan baku baterai, RUU yang telah disetujui oleh dua partai raksasa AS yakni Demokrat dan Republik disebut-sebut akan meingkatkan permintaan domestik dan penawaranya.
Total 6 miliar dolar AS akan dialokasikan untuk pemrosesan bahan baku baterai ditambah proyek manufaktur senilai 140 juta dolar AS untuk dialokasikan pabrik pengolahan mineral langka. Proyek ini merupakan bagian investasi yang lebih luas untuk seluruh rantai pasokan logam.
Pemerintah Presiden Biden menganggap bahwa tanpa berinvestasi pada kapasitas produksi logam kritikal domestik, akan kesulitan untuk memenuhi komitmenya untuk membangun kembali penghijauan dan “Beli Produk Amerika” ketika melakukannya.
Ketergantungan Amerika Serikat pada impor senyawa minera langka terlihat dari mayoritas 80% impr yang berasal dari China tahun lalu, menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
Departemen Energi memang sudah menyalurkan dana untuk penelitian dan pengembangan yang mencakup spektrum bahan dari pemrosesan hingga daur ulang, akan tetapi aturan mengenai infrastruktur ini akan mempertegas komitmen pemerintah melalui hibah senilai 140 juta dolar untuk membangun fasilitas “untuk menunjukkan kelayakan komersial dari integrasi skala penuh fasilitas ekstraksi dan pemisahan unsur mineral langka dan penyulingan”.
Proyek, yang akan dikoordinasikan dengan “mitra akademis”, secara khusus akan “memberikan manfaat lingkungan melalui penggunaan bahan baku yang berasal dari drainase asam tambang, limbah tambang, atau bahan merusak lainnya”, yang akan dibahas lebih lanjut nanti.
Mineral langka hanyalah satu barang dalam daftar panjang rantai pasokan mineral kritikal yang rentan di Amerika Serikat.
RUU tersebut juga mengalokasikan 100 juta dolar per tahun hingga tahun 2024 dalam bentuk hibah untuk mengembangkan, memproses, dan mendaur ulang mineral kritikal.
Minimal 30% akan disisihkan untuk proyek daur ulang. Setiap proyek yang berbasis di Amerika Serikat akan diprioritaskan dan tidak ada yang diizinkan untuk diekspor ke “entitas asing yang menjadi perhatian”.
Sementara itu, penggemar kendaraan listrik (EV) dikecewakan oleh 7,5 miliar dolar yang dialokasikan dalam anggaran infrastruktur untuk pengisian EV yang dirasa kurang. Partai Demokrat DPR AS sudah mendorong agar anggaran ini ditingkatkan menjad 3,5 triliun dolar AS.
Meskipun demikian, mobil listrik prospeknya masih cerah. Presiden Biden awal bulan ini menandatangani perintah eksekutif yang mengatur idmana setengah dari semua penjualan kendaraan baru AS harus merupakan mobil listrik pada tahun 2030.
Pertanyaannya tentunya apakah AS akan memiliki cukup lithium, nikel dan kobalt untuk memproduksi baterai yang dibutuhkan untuk menggerakkan kendaraan tersebut.
RUU infrastruktur ini adalah jawaban pemerintah AS dengan alokasi masing-masing 3 miliar dolar untuk pemrosesan bahan baku baterai dan proyek produksi baterai.
Hibah akan diberikan untuk pabrik contoh, pabrik komersial, atau pembaharuan pabrik yang sebelumnya sudah ada di Amerika Serikat.
Tidak heran jika persyaratan untuk mendapatkan hibah harus dimiliki oleh warga negara Paman Sam, memiliki hak kekayaan intelektual Amerika Utara, dan komitmen untuk tidak menggunakan bahan baterai yang dipasok oleh atau berasal dari negar asing yang menjadi perhatian.
Menariknya, tambang nikel baru ternyata menjadi yang terpenting dalam tinjauan rantai 100 hari Administrasi Biden di sektor pasokan.
“Jika ada peluang bagi AS untuk menargetkan satu pasokan bahan baku baterai, ini kemungkinan akan menjadi yang paling penting untuk memberikan stabilitas rantai pasokan jangka pendek dan menengah,” kata laporan itu.
Amerika Serikat memiliki kapasitas tambang yang terbatas dan tidak memiliki kemampuan untuk memproses logam-logam yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan permintaan yang kuat karena merupakan bahan baku baterai.
RUU infrastruktur ini tampaknya ditujukan untuk mulai merespon pasokan domestik, yang berpusat di sekitar mata rantai pemrosesan mineral dalam rantai pasokan.
Idealnya, tentu saja, fasilitas pemurnian nikel atau logam baterai lainnya yang didanai AS akan memproses bijih yang juga ditambang di AS.
Namun, membangun dan menjalankan tambang baru di tanah A.S. amatlah lambat dan berliku-liku mengingat rumitnya proses perizinan. Tentunya ini akan terlalu lama mengingat AS bertujuan untuk menghasilkan cukup logam untuk revolusi hijau yang akan datang.
“Proses perizinan Federal merupakan hambatan produksi mineral dan keamanan mineral Amerika Serikat,” tulis anggaran infrastruktur tersebut.
[]
(trp/trp)
Demikian berita mengenai Anggaran Infrastruktur AS US$1 T, Siap-siap Nikel Terbang, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210813142823-17-268286/anggaran-infrastruktur-as-us-1-t-siap-siap-nikel-terbang
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi meluncurkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Lembaga Keuangan…
Beritamu.co.id - PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) kembali hadir dalam KPR BRI Property…
Beritamu.co.id - PT Delta Dunia Makmur Tbk (Delta Dunia Group) (IDX: DOID), melalui anak…
Beritamu.co.id - PT Unilever Indonesia Tbk (IDX: UNVR) menyampaikan Laporan Informasi atau Fakta Material…
Beritamu.co.id - Emiten manufaktur komponen otomotif terkemuka di Indonesia, PT Dharma Polimetal Tbk (IDX:…
Beritamu.co.id - PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) (IDX: EXCL) telah menyiapkan jaringan untuk…