Jakarta, BeritaMu.co.id – Pasar keuangan di Indonesia pada Rabu (11/8/2021) hari ini sedang libur memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443 Hijriah, yang seharusnya jatuh pada Selasa (10/8/2021) kemarin. Dengan demikian, rupiah tidak diperdagangkan di pasar spot.
Kendati demikian, rupiah tetap diperdagangkan di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF).
Jika dilihat dari data Refinitiv, rupiah di pasar NDF hari ini cenderung melemah. Maka, jika saja perdagangan pada hari ini dibuka, alhasil rupiah berpotensi ditutup melemah dan mencetak pelemahan selama lima hari beruntun.
Berikut pergerakan rupiah di pasar NDF pada hari ini dan perdagangan kemarin.
Periode
Kurs 10 Ags(14:54 WIB)
Kurs 11 Ags (15:24 WIB)
1 Pekan
Rp14.394,10
Rp14.428,50
1 Bulan
Rp14.445,30
Rp14.475,00
2 Bulan
Rp14.491,50
Rp14.525,50
3 Bulan
Rp14.548,80
Rp14.584,50
6 Bulan
Rp14.699,30
Rp14.745,00
9 Bulan
Rp14.846,70
Rp14.895,00
1 Tahun
Rp15.006,70
Rp15.057,50
2 Tahun
Rp15.665,70
Rp15.659,50
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.
Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu selalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.
Dari pasar spot pada perdagangan kemarin, data Refinitiv menunjukkan rupiah ditutup melemah 0,14% ke level Rp 14.380/US$.
Pelemahan rupiah terjadi lantaran dolar AS yang masih kuat ditopang spekulasi tapering atau pengurangan program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini oleh bank sentral AS (The Fed). Isu tapering ini pun sudah berhembus selama sepekan terakhir.
Wakil ketua The Fed, Richard Clarida, pada pekan lalu mengindikasikan tapering bisa dilakukan secepatnya di tahun ini, dan suku bunga akan dinaikkan pada awal 2023.
“Anda duduk di sini dan melihat inflasi sudah jauh di atas target dan pasar ketenagakerjaan terus membaik menuju level pra-pandemi. Menurut saya, ini terdengar seperti kami harus bersiap (melakukan tapering),” kata Richard Clarida, Wakil Ketua The Fed, dalam wawancara bersama Washington Post.
Sejak saat itu, rupiah terus mengalami pelemahan hingga 4 hari berturut-turut.
Pernyataan Clarida kemudian didukung rilis data tenaga kerja AS yang menunjukkan perbaikan lebih lanjut. Departemen Tenaga Kerja AS Jumat lalu melaporkan sepanjang bulan Juli perekonomian AS mampu menyerap tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sebanyak 943.000 orang, lebih tinggi dari hasil polling Reuters 880.000 orang.
Sementara tingkat pengangguran juga turun menjadi 5,4% dari bulan Juni 5,9%, dan lebih tajam dari prediksi 5,7%. Selain itu, rata-rata upah per jam juga mencatat pertumbuhan 0,4% dari bulan sebelumnya.
Kemarin, giliran Presiden The Fed Atalanta, Raphael Bostic mengatakan ia melihat kemungkinantaperingdilakukan di kuartal IV-2020 atau sekitar bulan Oktober-Desember.
Tetapi Bostic juga tidak menutup kemungkinan tapering terjadi lebih cepat jika data tenaga kerja AS menunjukkan kemajuan seperti di bulan Juli yang berkelanjutan.
Meski demikian, dolar AS juga masih belum mampu melaju kencang, sebab kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) kembali menanjak di AS.
Penambahan kasus harian dan tingkat keterisian rumah sakit di AS kini naik ke level tertinggi dalam 6 bulan terakhir. Covid-19 varian Delta menjadi pemicu peningkatan tersebut.
Alhasil, laju kenaikan dolar AS tidak sebesar Kamis lalu, dan melemah tipis-tipis di pekan ini.
“Pasar sedang melihat dua hal, pasar tenaga kerja yang membaik, dan kenaikan virus corona varian delta,” kata Adam Button, kepala analis valuta asing di Forexlive di Toronto, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (9/8/2021).
“Saya akan mengatakan pasar kini menahan diri dan melihat seberapa cepat corona delta mampu diredam,” tambahnya.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(chd/chd)
Demikian berita mengenai Beruntung Libur! Kalau Dibuka, Rupiah Bisa Melemah Lagi, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210811153745-17-267759/beruntung-libur-kalau-dibuka-rupiah-bisa-melemah-lagi
Beritamu.co.id – Hingga Jumat (15/11/2024) sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung…
Beritamu.co.id – Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keberlanjutan dan…
Beritamu.co.id – Sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan investor saham syariah serta memberikan apresiasi kepada stakeholders…
Beritamu.co.id - Data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan perdagangan pada…
Beritamu.co.id – Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Harga Tiket Pesawat yang terdiri dari Kementerian Koordinator…
Beritamu.co.id – Gerakan pelestarian lingkungan kini semakin masif digalakkan oleh seluruh sektor industri, tak…