BeritaMu.co.id –
Foto Source: football365
Prancis
sepertinya tak pernah habis stok pemain hebat dan mendunia. Nama-nama semacam
Eric Cantona, Zinedine Zidane, Didier Deschamps, Thierry Henry dan lainnya
semua dari negara Eropa Barat itu. Kini, Paul Pogba dkk juga sedang menguncang
dunia. Lalu, bagaimana dengan Michel Platini.
Memang, Platini superstar global
pertama yang dimiliki Prancis. Dia juga seorang playmaker legendaris lain yang
sangat berbakat. Meski pada satu sisi, Prancis terlanjur menganggap pemain
terbaik mereka adalah Zinedine Zidane.
Pada dasarnya, Platini sangat berjasa
dalam menjadikan Prancis sebagai negara adikuasa dalam sepakbola, playmaker
bertubuh kecil ini menjalani karier panjang dan penuh kesuksesan bagi klub dan
negaranya. Beroperasi sebagai playmaker serang dengan nomor punggung 10,
Platini sering menunjukkan performa terbaiknya dalam pertandingan-pertandingan
terbesar dan krusial dengan mencetak sejumlah gol penting.
Pemain ini mencapai puncak kejayaannya
ketika dia memimpin rekan-rekannya di tim nasional Prancis meraih gelar Piala
Eropa pada tahun 1984. Mencetak 9 gol yang luar biasa hanya dalam 5
pertandingan untuk Les Blues di Euro 1984.
Prestasi-prestasi apik itu membuat
Platini menjadi peraih trofi Ballon d’Or tiga tahun berturut-turut (1983, 1984,
1985). Ia juga dianggap sebagai salah satu pemain Juventus terbaik sepanjang
masa setelah membawa timnas Prancis meraih trofi internasional utama pertama
mereka dan memenangkan gelar liga bersama Juventus dan St. Etienne.
Setelah menjalani karir yang panjang,
Platini akhirnya pensiun ketika dia masih berada di puncak karirnya pada tahun
1987. Sosoknya pun menjadi lagenda, yang bahkan
anak-anak pada masa itu ikut menjadikannya sebagai panutan, termasuk Zidane
sendiri.
Bahkan Zidane mengaku betapa
berpengaruhnya Platini. “Ketika aku masih kecil dan bermain dengan
teman-temanku, aku selalu memilih menjadi Platini. Aku membiarkan teman-temanku
memilih nama idola-idolaku yang lain di antara mereka.”
Gelandang Serang
Makanya
tak mengherankan bila kemudian, namanya abdi di hati bocah-bocah Prancis.
Platini yang ketika aktif berposisi sebagai seorang gelandang serang. Ia lahir
pada 21 Juni 1955 dengan nama lengkap Michel Francois Platini.
Dia
mengawali karier bersama dua klub lokal Prancis, Nancy pada 1972-1979 dan Saint-Etienne
(1979-1982). Berkat kepiawaiannya mengolah si kulit bundar, ia akhirnya
diboyong raksasa Serie A Juventus.
Di
Juve, Platini adalah seorang pass master dan memiliki kemampuan mumpuni dalam
mengeksekusi bola-bola mati. Meski berposisi sebagai gelandang, Platini adalah
ancaman konstan bagi lawan. Selama memperkuat Juventus pada periode 1982-1987,
Platini hampir selalu menciptakan satu gol dalam setiap dua penampilannya.
Koleksi golnya bahkan melampaui torehan dua penyerang handal Juventus waktu itu,
Zbigniew Boniek dan Paolo Rossi.
Bersama
Klub Kota Turin itu, dia meraih titel bergengsi dengan Juve yakni trofi Liga
Champions edisi 1985 atau yang saat itu masih dikenal European Cup. Selain itu,
Platini juga mengantarkan Si Nyonya Tua scudetto dua edisi 1983/1984 dan
1985/1986.
Itu
bukanlah satu-satunya trofi persembahan Platini bagi Juventus. Lima musim di
Turin, dia juga membantu La Vecchia Signora dua kali meraih Scudetto Serie A,
menjuarai Coppa Italia 1983, European Cup Winners’ Cup 1984 dan UEFA Super Cup
1984 serta Intercontinental Cup 1985.
Bersama
timnas Prancis, Platini berhasil kampiun Piala Eropa 1984 dan menyabet gelar
top skor di akhir kejuaraan dengan 9 gol. Sepanjang karier, dia sudah melakoni
72 pertandingan bersama Les Bleus dan mencetak 41 gol.
Ia
pun menjadi salah satu pemain legendaris Juventus dan juga merupakan pemain
yang berpengaruh besar di klub tersebut. Namun demikian, Platini memutuskan
pensiun dari sepak bola ketika usianya relatif belum terlalu uzur: 32 tahun.
Keputusan tersebut mulai ia pikirkan matang-matang usai laga Juventus – tim
yang ia perkuat kala itu – menghadapi Sampdoria dalam lanjutan Serie A musim
1986/1987. Alasannya murni karena urusan ketangkasan fisik: Kecepatan yang
berkurang.
Gagal
menjadi pelatih, Platini banting setir menuju jalan administrasi. Dia bergabung
dalam organizing committee Piala Dunia 1998 Prancis. Nama
Platini kembali harum. Dia tidak hanya menjadikan kejuaraan tersebut salah satu
yang tersukses sepanjang masa. Sosoknya juga terangkat karena Timnas Prancis
menjadi juara dunia untuk kali pertama dalam sejarah. Sejak 2002, karir Platini
di deret birokrasi terus merangkak naik saat dia terpilih menjadi anggota
komite eksekutif UEFA dan FIFA. Dan kemudian, Michel
Platini menjadi Presiden UEFA yang lantas menjeratnya dengan tudingan korupsi.
Beritamu.co.id – Hingga Jumat (15/11/2024) sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung…
Beritamu.co.id – Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keberlanjutan dan…
Beritamu.co.id – Sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan investor saham syariah serta memberikan apresiasi kepada stakeholders…
Beritamu.co.id - Data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan perdagangan pada…
Beritamu.co.id – Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Harga Tiket Pesawat yang terdiri dari Kementerian Koordinator…
Beritamu.co.id – Gerakan pelestarian lingkungan kini semakin masif digalakkan oleh seluruh sektor industri, tak…