Foto Source: stophateuk
Pada tahun 1993, Komisi untuk Kesetaraan Rasial dan Asosiasi
Pesepakbola Profesional (PFA) melahirkan sebuah organisasi bernama Kick It Out
(sebelumnya bernama Let’s Kick Racism Out of Football). Organisasi ini memiliki
agenda untuk menentang bentuk-bentuk rasialisme dalam sepakbola di Inggris.
Sejak itu, para pesepakbola pun aktif berkampanye untuk mendukung Kick It Out
menyebarkan misinya. Pihak Liga Primer Inggris dan Football Association juga
aktif mendukung gerakan organisasi ini.
Pemain Manchester United yang pernah menjadi korban rasial Eric
Cantona misalnya bersama Les Ferdinand pernah menjadi bintang iklan yang
menolak rasialisme di televisi pada 1995. Cantona sendiri sempat menuai
kontroversial ketika ia melayangkan tendangan kungfu atas suporter yang
menghinanya ketika melawan Crystal Palace di Stadion Selhust Park.
Pada tahun 1998 organisasi ini menerbitkan dan menyerahkan sebuah
laporan kepada Menteri Olahraga di Inggris yang berjudul “Menghilangkan Rasisme
dari Sepakbola”. Salah satu substansi dari laporan tersebut adalah tentang sangat
sedikitnya pesepakbola kulit hitam yang menjadi display di toko-toko resmi klub sepakbola. Kick It Out menilai hal
itu sebagai salah satu bentuk diskriminasi dan mendesak pemerintah untuk
mengatasi masalah ini.
Selanjutnya pada tahun 1999, Kick It Out menjadi salah satu
anggota jaringan FARE (Football Against Racism in Europe). Pada tahun 2001,
Kick It Out merilis seminggu aksi bagi klub-klub sepakbola profesional untuk
melawan diskriminasi. Pada tahun yang sama Kick It Out juga diundang oleh FIFA
dalam Konferensi Melawan Rasialisme di Argentina. Setahun berikutnya bersama
FARE, Kick It Out menerima penghargaan dari MTV Eropa Awards untuk penghargaan
“Free Your Mind”.
Pada tahun 2003, UEFA menyelenggarakan Konferensi Unite Against
Racism yang pertama di Stamford Bridge. Kick It Out juga meluncurkan Unity Cup
dengan melibatkan para pengungsi dan pencari suaka di seluruh Inggris sebagai
bentuk kampanye atas diskriminasi dan pengucilan yang selama ini mereka terima.
Tujuannya adalah untuk membangun kepercayaan bahwa persamaan dan kesetaraan
adalah hal yang paling utama.
Tahun 2005 kampanye Kick It Out melibatkan Thierry Henry, Rio
Ferdinand dan Ronaldinho dalam iklan Nike yang bertajuk ‘Stand Up, Speak Up’.
Pesan dalam iklan itu adalah bahwa setiap ras di Eropa berhak mendapat
perlakuan yang sama dalam sepak bola.
Tahun 2006, Kick It Out mendapat peran signifikan dalam gerakan
anti rasisme di Piala Dunia Jerman. Pada tahun yang sama FIFA mengamendemen
aturan sepakbola dalam Pasal 55 tentang anti rasialisme. Pasal tersebut
mengatur sanksi yang tegas bagi para pelaku rasialisme.
Bentuk-bentuk kampanye pun terus dilaksanakan pada tahun-tahun
berikutnya. Tahun 2008 misalnya, Viv Anderson merayakan peringatan 30 tahun
dirinya menjadi pemain hitam pertama yang membela tim nasional Inggris.
Setelahnya Kick It Out juga aktif mempromosikan kampanye anti rasialisme
melalui film-film dokumenter.
Tahun 2013, Kick It Out merayakan 20 tahun kampanye kesetaraan dan
inklusvitas dalam sepakbola. Tetapi pada tahun yang sama sebuah tindakan
rasialisme dari suporter menimpa gelandang AC Milan Kevin Prince Boateng.
Bentuk rasialisme tersebut ia terima saat melawan Pro Patria dalam sebuah
pertandingan persahabatan. FIFA lantas, bekerja sama dengan Kick It Out,
menggandeng Boateng sebagai gugus tugas tim anti-rasialisme.
Kick It Out juga meluncurkan sebuah aplikasi yang dapat digunakan
sebagai media untuk melaporkan insiden diskriminatif dalam pertandingan
sepakbola. Melalui aplikasi tersebut, pertandingan-pertandingan sepakbola di
seluruh dunia yang terindikasi terdapat insiden rasialisme, dapat dilaporkan.
Kick It Out kemudian dapat menggerakan gugus tugas untuk melakukan kampanye dan
advokasi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perluasan cakupan kampanye anti
rasialisme dari Kick It Out yang mulanya hanya sebatas di Inggris.
Terbaru kampanye Kick It Out dilakukan oleh Raheem Sterling,
Eniola Aluko, dan Walikota London Sadiq Khan pada April 2019. Mereka mendukung
manifesto majalah The Times yang menyerukan upaya serius dalam sepakbola untuk
menangani berbagai bentuk rasisme dan diskriminasi. Kampanye ini memang masih
terus dibutuhkan mengingat rasialisme dan diskriminasi masih terus terjadi
dalam dunia sepakbola.
Sumber : https://Beritamu.co.id/sejarah-kick-it-out-organisasi-melawan-diskriminasi/7175/
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan pertemuan bilateral dengan Financial Supervisory Service (FSS)…
Beritamu.co.id – Sinar Mas Land melalui Digital Hub dan Living Lab Ventures (LLV) sukses…
Beritamu.co.id – Harga Bitcoin terus melambung melewati level USD 93,000, dengan kapitalisasi pasar menembus…
Beritamu.co.id - PT Digital Mediatama Maxima Tbk (IDX: DMMX) dengan bangga memperkenalkan solusi ritel…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga posisi September 2024, penyaluran kredit UMKM…
Beritamu.co.id – Hingga Jumat (15/11/2024) sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung…